TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bantuan langsung tunai masih menjadi solusi tepat di saat daya beli masyarakat menurun drastis. Penurunan tersebut berdampak pada masyarakat dengan ekonomi lemah yang sulit mencukupi kebutuhannya.
Mantan Presiden Indonesia keenam ini mengklaim program bantuan langsung tunai seperti yang dijalankan saat kepemimpinannya sangat membantu masyarakat. "Meskipun saya dikritik bertubi-tubi," katanya di Cikeas, Jumat, 10 Juni 2016.
SBY berujar ada penurunan pendapatan per orang dari 2014 ke 2015 sebesar Rp 2.150.000. "Pada 2016 ini bisa lebih rendah lagi," ujarnya. Sebabnya, lonjakan harga daging sapi dan gula pasir membuat rakyat kesulitan.
Menurut Demokrat, langkah pemerintah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam mengatasi gejolak harga sudah tepat. Namun, SBY mengingatkan agar tidak sebatas mengontrol harga daging sapi dan gula pasir saja melainkan berupaya meningkatkan daya beli.
SBY menambahkan, di saat ekonomi sedang lemah, peningkatan daya beli rakyat dapat dicapai lewat penciptaan lapangan pekerjaan baru di sektor riil. "Dan menjadikannya sebagai tujuan," tuturnya. Namun, di saat sektor riil tengah lesu bukan hal yang tepat bila menggenjot pajak dari sektor tersebut.
SBY memuji pemerintah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berhasil menurunkan angka pengangguran. Namun, saat terjadi pemutusan hubungan kerja, mencari pekerjaan baru masih dirasa sulit.
AHMAD FAIZ
Berita terkait
Dampak Perang Gaza, Angka Pengangguran di Palestina di Atas 50 Persen
41 hari lalu
ILO memperkirakan jika perang Gaza masih berlanjut sampai akhir Maret 2024, maka angka pengangguran bisa tembus 57 persen.
Baca Selengkapnya2 Ribu Siswa SMA Program Double Track di Jawa Timur Dapat Pelatihan Digital
28 Februari 2024
Ribuan peserta itu terdiri dari siswa asal 52 SMAN maupun SMA swasta, serta remaja dari 10 lembaga non formal di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaRupiah Pekan Ini Berpotensi Menguat, Apa Pemicunya?
26 Februari 2024
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengatakan rupiah bisa bergerak ke arah Rp 15.500 per dolar AS pada pekan ini.
Baca SelengkapnyaPhiladelphia Jadi Kota 'Zombie', Apa Penyebabnya?
24 Februari 2024
Wilayah Philadelphia di Amerika Serikat kini heboh karena disebut Kota 'Zombie', Kenapa?
Baca SelengkapnyaGenerasi Muda di Cina Kini Lebih Senang Rebahan, Ogah Kerja Keras
15 Februari 2024
Di tengah melemahnya perekonomian Cina, generasi muda di sana lebih senang rebahan dibandingkan bekerja keras.
Baca SelengkapnyaPengungsi Ukraina di Jerman Belum Terserap Sektor Tenaga Kerja
7 Februari 2024
Hanya 25,2 persen pengungsi Ukraina di Jerman yang saat ini berstatus bekerja. Angka itu cukup kecil jika dibanding negara Eropa lainnya.
Baca SelengkapnyaSomalia, Negara Paling Korup di Dunia Versi Transparency International
1 Februari 2024
Transparency International telah merilis hasil Indeks Persepsi Korupsi. Berikut profil Somalia, negara paling korup di dunia.
Baca SelengkapnyaAnies Janji Evaluasi UU Cipta Kerja, Bandingkan Tingkat Pengangguran Era Jokowi Vs SBY
29 Januari 2024
Calon Presiden nomor urut satu Anies Baswedan berjanji bakal mengkaji ulang UU Ciptaker yang tidak memberikan rasa keadilan untuk pekerja kerah biru.
Baca SelengkapnyaCak Imin: Kesejahteraan Bukan untuk Segelintir Elite, Bukan untuk yang Ingin Berkuasa Terus-menerus
24 Januari 2024
Cawapres Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menegaskan pemerataan pembangunan menjadi salah satu prioritas program jika AMIN terpilih pada Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan Sebut Investasi di Batam Padat Modal: Akibatnya Banyak Pengangguran
20 Januari 2024
Anies Baswedan menyebut karakter investasi di Batam yang padat modal menyebabkan banyak pengangguran karena tenaga kerja tidak terserap.
Baca Selengkapnya