Proyek 35 Ribu MW, Tiga Menteri Ini Harus Bersinergi  

Reporter

Editor

Grace gandhi

Sabtu, 14 Mei 2016 17:42 WIB

Pekerja mengerjakan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gorontalo di desa Maleo, Pohuwato, propinsi Gorontalo, 11 November 2015. ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Kepala Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional Agung Wicaksono mengatakan program 35 ribu megawatt membutuhkan sinergi tiga menteri. Program itu juga membutuhkan pihak yang bertanggung jawab atas program tersebut secara menyeluruh.

"Dalam program ini, harus ada sinergi antara Menteri ESDM, Menteri BUMN, dan Menteri Keuangan," ucap Agung di Gado-Gado Boplo, Jakarta, Sabtu, 14 Mei 2016.

Agung menjelaskan, ketiganya masing-masing berfungsi sebagai regulator, pemilik saham perusahaan, dan kasir negara.

Agung mengatakan berbagai pihak yang terlibat dalam program 35 ribu MW belum memiliki prioritas yang selaras. Soal tarif, kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara tak sama.

Selain itu, PLN di bawah Kementerian BUMN sebagai pelaksana pasti harus bekerja memprioritaskan keuntungan perusahaan. Namun Agung menuturkan program ini tidak bisa dilihat semata dari sisi ekonomi dan keuangan. "Mengelola listrik boleh dengan otak duit, tapi harus dengan hati infrastruktur," ujarnya.

Agung menuturkan, jika ada ganjalan dana, program tidak boleh berhenti. Negara harus ikut mendukung dan memberi solusi. "PLN harus melihat ini bukan program korporat, tapi program negara," ucapnya.

Menurut Agung, kebutuhan listrik di Indonesia sangat darurat. Sejak 1997 hingga 2007, tidak ada pembangunan pembangkit sama sekali. Pembangunan kembali terjadi setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan program 10 ribu MW dalam dua tahap yang kemudian diwariskan kepada pemerintah Presiden Joko Widodo.

Saat ini pemerintah memiliki program 35 ribu MW plus 7.000 MW. "Tapi realitasnya, kinerja PLN dan pemerintah belum cukup," ujarnya.

Agung mengatakan data terakhir PLN mencatat, 18 ribu MW kontrak sudah ditandatangani. "Yang masuk fase pendanaan sebanyak 200 MW. Begitu juga yang sudah beroperasi sekitar 200 MW," tuturnya.

Agung menjelaskan, membangun beberapa jenis pembangkit membutuhkan waktu yang lebih lama. Itu sebabnya, pembangkit yang beroperasi baru sedikit.

Namun percepatan program masih bisa dilaksanakan. Caranya adalah mempercepat proses perencanaan, pengadaan, dan perizinan. "Itu yang harus dibenahi saat ini, supaya program ini bisa berjalan cepat," ucapnya.

VINDRY FLORENTIN




Berita terkait

BNPT Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Sarana Prasarana Objek Vital

14 jam lalu

BNPT Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Sarana Prasarana Objek Vital

BNPT menggencarkan asesmen dan sosialisasi Pedoman Pelindungan Sarana Prasarana Objek Vital yang strategis dalam Pencegahan Tindak Pidana Terorisme setelah melakukan serangkaian asesmen venue pendukung acara Word Water Forum Ke-10.

Baca Selengkapnya

Rusia Tuduh Ukraina Serang Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia Pakai Drone Kamikaze

23 hari lalu

Rusia Tuduh Ukraina Serang Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia Pakai Drone Kamikaze

Rusia menuduh Ukraina menyerang pembangkit listrik bertenaga nuklir Zaporizhzhia.

Baca Selengkapnya

Bangun Pembangkit hingga Suplai Material, Walhi Prediksi Lingkungan Sekitar IKN Tambah Rusak

53 hari lalu

Bangun Pembangkit hingga Suplai Material, Walhi Prediksi Lingkungan Sekitar IKN Tambah Rusak

Walhi memprediksi kerusakan lingkungan di sekitar IKN akan semakin parah buntut banyak proyek seperti pembangkit listrik hingga suplai material.

Baca Selengkapnya

Kembangkan Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan, Pertamina NRE Gandeng Hitachi Energy

23 Januari 2024

Kembangkan Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan, Pertamina NRE Gandeng Hitachi Energy

Pertamina NRE bekerja sama dengan Hitachi Energy mengembangkan inovasi konservasi energi dan sistem ketenagalistrikan yang ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Bauran Energi Terbarukan Rendah, IESR Dorong PLTS dan Minta Komitmen Politik

17 Januari 2024

Bauran Energi Terbarukan Rendah, IESR Dorong PLTS dan Minta Komitmen Politik

Institute for Essential Services Reform (IESR) mengatakan pemerintah mesti bisa memanfaatkan sisa waktu dua tahun mengejar target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen.

Baca Selengkapnya

Sumitomo dan Jawa Barat Sepakati Groundbreaking TPPAS Legoknangka Semester I 2024

20 Desember 2023

Sumitomo dan Jawa Barat Sepakati Groundbreaking TPPAS Legoknangka Semester I 2024

Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, Sumitomo Corporation, serta PLN menandatangani nota kesepahaman pembangunan TPPAS Legoknangka di sela KTT ASEAN-Jepang.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Tak Hilangkan Batu Bara dalam Waktu Dekat Meski Targetkan NZE, Begini Penjelasan Kementerian ESDM

1 Desember 2023

Pemerintah Tak Hilangkan Batu Bara dalam Waktu Dekat Meski Targetkan NZE, Begini Penjelasan Kementerian ESDM

Batu bara yang tidak dipakai untuk bahan baku pembangkit bisa dimanfaatkan dalam bentuk yang sudah diolah dan lebih hijau melalui proses hilirisasi.

Baca Selengkapnya

PLN Resmikan 21 Green Hydrogen Plants: Terbanyak di Asia Tenggara

21 November 2023

PLN Resmikan 21 Green Hydrogen Plants: Terbanyak di Asia Tenggara

PT PLN (Persero) meresmikan 21 unit Green Hydrogen Plant (GHP) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Berharap PLTS Cirata Bisa Menarik Investor Lirik Proyek EBT di RI

16 November 2023

Pemerintah Berharap PLTS Cirata Bisa Menarik Investor Lirik Proyek EBT di RI

M. Pradana Indraputra menilai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata memacu pertumbuhan ekosistem investasi hijau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Dirut PLN: 75 Persen Penambahan Kapasitas Pembangkit Berbasis Energi Terbarukan

14 November 2023

Dirut PLN: 75 Persen Penambahan Kapasitas Pembangkit Berbasis Energi Terbarukan

Dirut PLN menyebut, dalam RUPTL yang sedang disusun, 75 persen penambahan kapasitas pembangkit yaitu berbasis pada energi baru terbarukan.

Baca Selengkapnya