Menko Darmin: Seperti yang Lalu-lalu, Ada Kenaikan Utang  

Reporter

Selasa, 10 Mei 2016 20:56 WIB

Presiden RI Joko Widodo didampingi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (dua kiri), dan Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri) saat membuka perdagangan saham tahun 2016 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 4 Januari 2016. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 4.593,0 pada 30 Desember 2015. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan utang negara ada pada kisaran 26-27 persen dari gross domestic product (GDP). Angka tersebut sejumlah Rp 3.271,82 triliun dari Rp 2.845 triliun. “Seperti yang lalu-lalu, memang ada kenaikan (utang) dari tahun ke tahun,” ujar Darmin di kantornya, Selasa, 10 Mei 2016.

Darmin mengatakan utang tersebut masih terkendali. Namun pemerintah tak akan berupaya mengurangi utang tersebut. Presiden Joko Widodo, ucap Darmin, meminta para menteri bidang ekonomi untuk menghitung secara teliti bunga dan cicilannya.

“Harus diperhatikan betul agar tak mengurangi ruang fiskal ke depan,” kata bekas Gubernur Bank Indonesia itu. Setidaknya, kata Darmin, pemerintah bisa sedikit lega lantaran mayoritas utang berbentuk rupiah ketimbang dolar Amerika Serikat. Sebab, asing bisa turut serta membeli obligasi negara yang rutin dikeluarkan Kementerian Keuangan.

Baca Juga: Pemerintah Tawarkan 5 Seri SUN, Targetkan Rp18 Triliun

Selain menjaga laju utang, menurut Darmin, pemerintah sedang berfokus dalam mengatur pengeluaran dan penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pengeluaran negara saat ini baru 28 persen dari APBN Rp 2.000 triliun. Sedangkan penerimaan baru sebesar 23 persen dari Rp 1.822 triliun. “Penerimaan saat ini bahkan lebih lemah dari tahun lalu. Ini karena area perpajakan berbeda-beda kebijakannya,” tutur Darmin.

Data Kementerian Keuangan mencatat, hingga 31 Maret 2016, penerimaan negara sebesar Rp 247,5 triliun, melemah Rp 36,3 triliun. Untungnya, belanja negara, meskipun lebih besar dari tahun lalu, tak sebesar yang diharapkan pada angka Rp 390,9 triliun dari Rp 367,7 triliun.

Simak: BPS: Usaha Kecil di Yogyakarta Tumbuh, Pengangguran Turun

Terus melemahnya penerimaan akan membuat defisit anggaran negara semakin melebar dan mempersempit ruang fiskal negara. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro tak menampik penerimaan akan terganggu, terlebih jika Rancangan Undang-Undang Pengampunan Pajak belum diketuk. “Tapi masih aman (defisit anggaran kuartal I 2016 sebesar Rp 143,3 triliun,” ucap Bambang.

ANDI IBNU


Berita terkait

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

1 hari lalu

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara perkembangan ekonomi terkini, perkembangan politik domestik dan keberlanjutan kebijakan pasca Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

8 hari lalu

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

Nilai tukar rupiah yang melemah menambah beban karena banyak utang pemerintah dalam denominasi dolar AS.

Baca Selengkapnya

Airlangga Nilai Putusan MK Beri Kepastian bagi Investor

9 hari lalu

Airlangga Nilai Putusan MK Beri Kepastian bagi Investor

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal dampak putusan MK yang menolak seluruh gugatan sengketa Pilpres.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Tembus Rp16.100, Mirip dengan Kurs Krismon Mei 1998

14 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Tembus Rp16.100, Mirip dengan Kurs Krismon Mei 1998

Sejarah terulang lagi, nilai tukar rupiah melemah sampai ke titik di atas Rp16 ribu per dolar AS, sama seperti saat krisis moneter 1998.

Baca Selengkapnya

Menko Perekonomian Airlangga Sebut Bakal Lakukan Antisipasi Imbas Serangan Iran ke Israel

16 hari lalu

Menko Perekonomian Airlangga Sebut Bakal Lakukan Antisipasi Imbas Serangan Iran ke Israel

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bakal melakukan antisipasi imbas serangan Iran ke Israel agar perekonomian tidak terdampak lebih jauh.

Baca Selengkapnya

Bayar Utang Pupuk Subsidi Rp 10,4 Triliun, Jokowi: Tunggu Hasil Audit

28 hari lalu

Bayar Utang Pupuk Subsidi Rp 10,4 Triliun, Jokowi: Tunggu Hasil Audit

Presiden Joko Widodo tak menyangkal ada kekurangan membayar pemerintah kepada PT Pupuk Indonesia (Persero) soal utang pupuk subsidi.

Baca Selengkapnya

Jawaban Airlangga Soal Permintaan Dia Jadi Saksi di Sidang Sengketa Pilpres

32 hari lalu

Jawaban Airlangga Soal Permintaan Dia Jadi Saksi di Sidang Sengketa Pilpres

Majelis hakim MK menyatakan akan mempertimbangkan untuk menghadirkan menteri Jokowi ke sidang sengketa pilpres.

Baca Selengkapnya

Utang Pemerintah Tembus Rp 8.253 Triliun, Kemenkeu: Risiko Bunga, Kurs dan Jatuh Tempo Terkendali

56 hari lalu

Utang Pemerintah Tembus Rp 8.253 Triliun, Kemenkeu: Risiko Bunga, Kurs dan Jatuh Tempo Terkendali

Jubir Menteri Keuangan Sri Mulyani, Yustinus Prastowo, yakin utang pemerintah mencapai Rp 8.253,09 triliun per 31 Januari 2024 masih tergolong aman.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Komentar Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis, BRI Bagi Dividen Rp 48 T

59 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Komentar Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis, BRI Bagi Dividen Rp 48 T

Bank Dunia mengomentari program usungan Prabowo Subianto, yaitu makan siang gratis. Bank BRI akan membagikan dividen Rp 48 T.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: NASA Soroti Deforestasi IKN, Prabowo Yakin Indonesia Bisa Swasembada Energi dengan Singkong

2 Maret 2024

Terpopuler Bisnis: NASA Soroti Deforestasi IKN, Prabowo Yakin Indonesia Bisa Swasembada Energi dengan Singkong

NASA dalam foto satelitnya menyoroti deforestasi yang terjadi di IKN.

Baca Selengkapnya