BPS: Usaha Kecil di Yogyakarta Tumbuh, Pengangguran Turun  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Senin, 9 Mei 2016 23:42 WIB

Sejumlah wanita menata sirup dari bahan herbal di Mergangsan, Yogyakarta (23/7). Sirup yang terbuat dari Secang, Asem dan bahan herbal lainnya, dijual dengan harga RP 12.000 per botol. Foto: ANTARA/Regina Safri

TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat tingkat pengangguran terbuka di daerah ini menurun karena banyak usaha skala kecil yang tumbuh.

Kepala BPS DIY Bambang Kristianto mengatakan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2014-Februari 2016 berkisar 2,0-4,1 persen. Pada Februari 2016, tingkat pengangguran terbuka mencapai 2,81 persen atau turun 1,26 poin dibandingkan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2015 sebanyak 4,07 persen. Bila dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka nasional, angkanya lebih kecil. Secara nasional, tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,5 persen.

Adapun jumlah penduduk yang bekerja di DIY pada Februari 2016 mencapai 2,038 juta orang atau meningkat 1,24 persen dibandingkan pada Februari 2015 sebanyak 2,013 juta. Dengan begitu, jumlah penduduk yang bekerja bertambah 25 ribu orang.

Tingkat pengangguran terbuka merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dan jumlah angkatan kerja. Ini digunakan untuk mengawasi dan mengevaluasi angka pengangguran. Bambang mengatakan satu di antara penyebab menurunnya tingkat pengangguran terbuka adalah usaha kecil yang banyak bermunculan. Bambang membandingkan pada 2015, angka pengangguran jauh lebih tinggi karena banyak pekerja yang dirumahkan.

Pada waktu itu, buruh pabrik di Kabupaten Sleman banyak yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Kondisi perekonomian yang lesu membuat perusahaan mengurangi jumlah tenaga kerja. “Banyak orang yang kemudian mendirikan usaha baru di sektor informal,” kata Bambang, Senin, 9 Mei 2016.

Menurut Bambang, usaha skala kecil banyak tumbuh di Kabupaten Kulon Progo dan Bantul. Hal itu terlihat dari hasil sensus ekonomi sementara yang dilakukan petugas selama sepekan ini. Petugas mendatangi usaha-usaha baru dari pintu ke pintu. Sektor informal inilah yang kemudian banyak menyerap tenaga kerja dan mengurangi jumlah pengangguran. Bambang mencontohkan, usaha kecil yang banyak tumbuh di antaranya usaha makanan rumahan, warung makan di tempat-tempat wisata yang dikelola masyarakat, usaha batik dan kerajinan, serta kos atau pondokan.

Data BPS menunjukkan 90 persen usaha di Yogyakarta merupakan sektor informal. Pada 2016, BPS memprediksi ada 500 ribu usaha skala besar, menengah, dan kecil. Bambang berharap pemerintah DIY lebih aktif membantu usaha sektor informal untuk menumbuhkan perekonomian.

Ketua Komunitas UMKM DIY Prasetyo Atmosutidjo memperkirakan total UMKM di DIY ada 600 ribu. Jenis usaha ini mampu menyerap tenaga kerja hingga 90 persen lebih. Namun, ia menilai, pemerintah belum banyak berpihak kepada perajin UMKM. Menurut dia, banyak perajin yang kesulitan mengakses modal pinjaman dari kalangan perbankan. “Bunga pinjaman modal di Indonesia jauh lebih tinggi ketimbang negara lain yang lebih peduli pada ekonomi kerakyatan,” kata Prasetyo.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

6 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

6 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

6 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

6 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

6 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

7 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

7 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

25 hari lalu

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

Aktivitas penerbangan internasional yang datang, berangkat, dan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar pada Februari 2024 meningkat.

Baca Selengkapnya

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

27 hari lalu

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti mengatakan harga beras eceran mengalami kenaikan sebesar 2,06 persen secara bulanan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

27 hari lalu

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

BPS menyebut penurunan harga beras secara bulanan terjadi di tingkat penggilingan sebesar 0,87 persen. Namun secara tahunan, di penggiling naik.

Baca Selengkapnya