HKTI Minta Keran Impor Beras Diperkecil

Reporter

Kamis, 28 April 2016 03:01 WIB

Beras impor. ANTARA/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Jakarta - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) terus mendorong pemerintah, dalam hal ini, Kementerian Perdagangan untuk mengecilkan impor beras guna membangun ketahanan pangan dalam negeri dan menyejahterakan petani.

Ketua Umum HKTI Fadli Zon dalam Rapat Kerja Nasional HKTI 2016 di Jakarta, Selasa, 26 April 2016, menilai impor tanaman pangan, terutama beras sebisa mungkin harus dikendalikan karena rawan akan penyelundupan.

"Kita ingin impor dibatasi, jangan sampai ada impor pangan karena ini akan melukai petani, kecuali kalau kita betul-betul kekurangan, ini pula yang akan mempengaruhi daya saing petani kita," katanya.

Menurut Fadli, ketersediaan bahan pangan di dalam negeri dirasa cukup di tengah tantangan yang dihadapi saat ini, yakni pertumbuhan yang cepat, namun produksi cenderung lamban.

Ditambah, lanjut dia, lahan-lahan pertanian semakin berkurang dan iklim musim kering yang panjang yang berpotensi mengakibatkan produksi menurun.

"Bukan hanya untuk jangka pendek, tetapi untuk jangka panjang karena harus ada 260 juta mulut yang harus dikasih makan tiga kali sehari," kata Fadli.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, pada minggu kedua April 2016 perkembangan serap gabah (sergab) tingkat nasional realisasinya sudah mencapai 1.064.302 ton gabah kering panen (GKP) atau sama dengan 490.034 ton beras.

Serapan tersebut dinilai jauh lebih tinggi jika dibandingkan pada periode yang sama 2015 yang hanya sebesar 145.136 ton GKP atau setara 73.729 ton beras.

Sementara itu, panen raya padi Maret hingga Mei 2016 menghasilkan produksi 30,9 juta ton GKG setara dengan 19,5 juta ton beras.

Produksi tersebut naik lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2015, sementara kebutuhan konsumsi beras nasional selama tiga bulan hanya 7.98 juta ton.

Artinya karena besarnya produksi padi tahun ini, diperoleh surplus beras sebesar 11,52 juta ton.

Untuk itu, Fadli mengatakan dibutuhkan kebijakan pangan nasional atau "national food policy", artinya urusan pangan bukan lagi soal produksi, dalam hal ini urusan Kementan, tetapi terintegrasi.

Dia mencontohkan urusan pupuk dengan Kementerian Perindustrian, urusan irigasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Perdagangan untuk mengendalikan impor.

"Selama ini Kementan mengatakan ketersediaan cukup, tetapi Kemendag mengatakan selalu kurang dan akhirnya impor, jangan ada ego sektoral," katanya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras pada Februari 2015 mencapai 7.912 ton atau senilai US$ 3,1 juta atau mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan Januari 2015, yakni mencapai 16.600 ton atau US$ 8,3 juta.

ANTARA

Berita terkait

Ditanya soal Kartu Tani, Ganjar Beberkan Kelangkaan Pupuk dan Singgung Prabowo Pernah jadi Ketua HKTI

14 Desember 2023

Ditanya soal Kartu Tani, Ganjar Beberkan Kelangkaan Pupuk dan Singgung Prabowo Pernah jadi Ketua HKTI

Prabowo mempertanyakan kebijakan pupuk subsidi yang diterapkan Ganjar Pranowo. Lalu apa jawaban capres nomor urut tiga tersebut?

Baca Selengkapnya

Peminat Motor Listrik Sepi, Moeldoko: Subsidi Disertai Persyaratan Itu Tidak Menarik

13 Juli 2023

Peminat Motor Listrik Sepi, Moeldoko: Subsidi Disertai Persyaratan Itu Tidak Menarik

Moeldoko tak menampik peminat insentif motor listrik masih rendah. Ia mengungkap ada kemungkinan pemerintah merombak persyaratan tersebut.

Baca Selengkapnya

Terkini: Kreditor Sriwijaya Air Setujui Proposal Perdamaian, Cerita Dirut KAI saat Pendaftaran Naik LRT Jabodebek

13 Juli 2023

Terkini: Kreditor Sriwijaya Air Setujui Proposal Perdamaian, Cerita Dirut KAI saat Pendaftaran Naik LRT Jabodebek

Sriwijaya Air menjalani sidang putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu 12 Juli 2023.

Baca Selengkapnya

Ide Pemberian Subsidi Listrik untuk Petani, Moeldoko: Saya Bakal Sarankan ke Presiden

13 Juli 2023

Ide Pemberian Subsidi Listrik untuk Petani, Moeldoko: Saya Bakal Sarankan ke Presiden

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyoroti terbatasnya akses listrik untuk pertanian.

Baca Selengkapnya

Ahmad Muzani Tegaskan Petani Butuh Dukungan

19 Mei 2023

Ahmad Muzani Tegaskan Petani Butuh Dukungan

Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Wanita Tani Indonesia HKTI Periode 2022-2027 harus memberi bakti nyata untuk petani.

Baca Selengkapnya

HKTI Minta Semua Pihak Gunakan Data BPS

23 Maret 2023

HKTI Minta Semua Pihak Gunakan Data BPS

BPS adalah satu-satunya lembaga data yang bertanggung jawab langsung terhadap ketersediaan data.

Baca Selengkapnya

Bapanas Kumpulkan Perwakilan Petani, Segera Tetapkan HPP Beras dan Gabah

3 Maret 2023

Bapanas Kumpulkan Perwakilan Petani, Segera Tetapkan HPP Beras dan Gabah

Bapanas telah mengumpulkan sejumlah perwakilan petani untuk merumuskan besaran HPP beras dan gabah terbaru terbaru tahun ini.

Baca Selengkapnya

Disebut Tak Libatkan Petani Saat Tentukan Batas Atas Harga Beras dan Gabah, Begini Jawaban Kepala Bapanas

24 Februari 2023

Disebut Tak Libatkan Petani Saat Tentukan Batas Atas Harga Beras dan Gabah, Begini Jawaban Kepala Bapanas

Disebut tak melibatkan perwakilan petani dalam memutuskan batas atas harga beras dan gabah, ini jawaban Kepala Bapanas.

Baca Selengkapnya

Moeldoko Sebut Sorgum Sumber Pangan Masa Depan

12 Agustus 2022

Moeldoko Sebut Sorgum Sumber Pangan Masa Depan

Moeldoko mengatakan sorgum sebagai sumber pangan masa depan karena dapat diolah menjadi berbagai macam produk dengan rasa lezat.

Baca Selengkapnya

Fadli Zon: Kebijakan Pangan Jangan Gunakan Pendekatan Petugas Pemadam Kebakaran

26 Juni 2022

Fadli Zon: Kebijakan Pangan Jangan Gunakan Pendekatan Petugas Pemadam Kebakaran

Ketua HKTI Fadli Zon mengatakan kebijakan pangan nasional ke depannya selayaknya tidak bisa lagi menggunakan pendekatan petugas pemadam kebakaran.

Baca Selengkapnya