Barang Impor Merajai Domestik, Ekspor Tekstil Jeblok

Reporter

Rabu, 27 April 2016 16:46 WIB

Industri tekstil. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Industri tekstil dan produk tekstil nasional cenderung turun dalam lima tahun terakhir. Data yang diolah dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa kinerja ekspor yang pada 2011 mencapai US$ 13,17 miliar terus merosot hingga hanya US$ 12,33 miliar pada 2015. Hal ini berbanding terbalik dengan kinerja impor yang naik dari US$ 6,52 miliar pada 2011 menjadi US$ 6,95 miliar pada 2015. Dengan demikian praktis membuat surplus perdagangan TPT terus turun.

Melihat fenomena seperti ini, Ikatan Alumni Institut Teknologi Tekstil–Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (IKA ITT-STTT) menyatakan pemerintah harus lebih berupaya untuk menyinergiskan seluruh sektor industri TPT dari hulu ke hilir.

Ketua Umum IKA ITT-STTT Suryaman Sastomi mengatakan upaya pemerintah dengan memberikan berbagai kemudahan dan keringanan investasi hanya menarik pemodal dengan mesin jahit, yang setiap saat bisa hengkang seenaknya. “Gembar-gembor ekspor TPT saat ini kelihatannya hanya dinikmati segelintir pengusaha broker dan penjahit, belum dinikmati oleh semua sektor pada industry TPT,” ucapnya, Rabu (27 April 2016).


Pihaknya menilai dalam beberapa tahun terakhir ini para pengusaha TPT hanya mengutamakan kepentingan dirinya sendiri dan tidak bersatu untuk melawan pesaing. “Sepertinya rasa nasionalisme sudah luntur, padahal pada era 1970-1980 atau masa puncak kejayaan TPT unsur utama keberhasilan adalah karena mengolah optimal kemampuan domestik," katanya.

Untuk itu pihaknya mengimbau industri garmen untuk mengurangi ketergantungannya pada bahan baku impor. Namun, hal berbeda disampaikan Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia Redma Gita Wirawasta. Dia menyatakan seharusnya pasar domestik menjadi tumpuan utama.

“Pasar domestik harus berperan sebagai safety and guaranteed market bagi produk dalam negeri. China, India, Brasil dan Turki melakukan itu, kebijakan apapun mereka keluarkan demi melindungi pasar domestiknya,” ucapnya.

Menurut Redma, konsumsi TPT pada 2015 memang tidak seperti yang diharapkan, tetapi jika pemerintah melindungi pasar domestik seperti yang dilakukan India, Turki dan Brasil, minimal kinerja industri TPT nasional tidak terpuruk. “Minimal tidak ada PHK. Namun, dalam beberapa tahun terakhir justru barang impor yang merajai pasar domestik," lanjutnya.


Upaya menjadikan pasar domestik sebagai rumah bagi produk lokal selalu terganjal oleh para importir yang memang hidup dari keuntungan impor barang. Para importir ini bahkan dituding berlindung di balik label produsen hingga pemerintah sulit membedakan mana importir pedagang mana importir produsen.


“Jadi upaya untuk mengurangi barang impor hanya wacana, mungkin memang dikondisikan seperti itu, pesanan importir,” kata Redma.

BISNIS.COM

Advertising
Advertising

Berita terkait

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

7 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

7 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

7 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

7 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

7 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

7 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

7 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

25 hari lalu

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

Aktivitas penerbangan internasional yang datang, berangkat, dan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar pada Februari 2024 meningkat.

Baca Selengkapnya

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

28 hari lalu

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti mengatakan harga beras eceran mengalami kenaikan sebesar 2,06 persen secara bulanan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

28 hari lalu

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

BPS menyebut penurunan harga beras secara bulanan terjadi di tingkat penggilingan sebesar 0,87 persen. Namun secara tahunan, di penggiling naik.

Baca Selengkapnya