Bunga anggrek bulan "sengatan lebah" atau Phalaenopsis, ditampilkan dalam peluncuran media tentang anggrek di Botanic Gardens Kew Royal, London, 5 Februari 2015. Anggrek merupakan bunga dengan jenis terbanyak, hidup di daerah tropis sampai sirkumpolar. Anggrek biasanya tumbuh dengan cara epifit atau menempel. REUTERS/Neil Balai
TEMPO.CO, Jakarta - Pengelola Taman Nasional Gunung Merapi menyatakan jenis anggrek yang tumbuh di kawasan taman nasional itu sudah mulai bertambah kembali setelah sempat menurun akibat letusan Gunung Merapi tahun 2010.
Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Widya Kridaningsih, Kamis, 24 Maret 2016, mengatakan berdasarkan hasil survei yang dilakukan setelah erupsi Merapi 2010 dan 2015, jenis anggrek di kawasan nasional yang sebelumnya tercatat ada 51 bertambah menjadi 65 jenis.
Namun jumlah itu masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah jenis anggrek di kawasan taman nasional sebelum Merapi meletus 2010, yang tercatat ada 97 jenis menurut pengelola TNGM.
"Pada 2016 ini akan kami survei, semoga bertambah," katanya serta menambahkan, anggrek-anggrek jenis baru ditemukan di daerah tebing-tebing sungai di kawasan taman nasional tahun ini.
Pengelola TNGM menyatakan kesulitan mengidentifikasi jenis-jenis anggrek yang hidup di kawasan lereng Gunung Merapi karena medannya cukup curam.
"Lokasi tumbuhnya anggrek berada pada medan yang curam, terutama di lahan bekas terkena erupsi Gunung Merapi 2010," katanya.
Anggrek, ia melanjutkan, banyak tumbuh di lereng sebelah selatan, di wilayah Kecamatan Cangkringan yang berada di tempat tinggi.