Kenapa Uber Lebih Diminati Ketimbang Taksi Konvensional?

Selasa, 22 Maret 2016 14:28 WIB

Ilustrasi jasa taksi Uber.com. TEMPO/Charisma Adristy

TEMPO.CO, Jakarta - Polemik yang berkepanjangan antara pengelola angkutan transportasi darat tak lepas dari masih besarnya kebutuhan masyarakat pengguna angkutan publik berbasis aplikasi online yang merupakan pesaing berat taksi konvensional. Perusahaan penyelenggara taksi online, Uber, misalnya, ternyata tak hanya menawarkan tarif yang lebih murah tapi juga sejumlah kemudahan lain bagi konsumen.

Adiwijaya, salah satu pelanggan setia Uber, menyebutkan ketertarikannya menggunakan taksi online karena tarif yang sangat bersaing. Ia menceritakan, biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan dari Setiabudi, Jakarta Selatan, menuju Serpong, Tangerang Selatan, hanya sebesar Rp 80 ribu. “Lumayan, dengan biaya tol, tak sampai seratus ribu,” kata Adiwijaya, Kamis pekan lalu.

Tempo membuktikan murahnya tarif layanan Uber. Dari lokasi yang sama, yakni Mal Gandaria City, dua wartawan Tempo memesan penyedia jasa transportasi berbeda menuju lokasi yang sama, yakni Gedung Tempo di kawasan Palmerah, Jakarta Barat.

Satu wartawan Tempo menggunakan taksi Blue Bird. Seorang lagi memakai jasa Uber. Rute yang ditempuh sama. Hasilnya, Uber mematok tagihan Rp 26 ribu. Sedangkan penumpang Blue Bird mesti membayar Rp 38 ribu. Karena tidak ada uang kecil, pembayaran dibulatkan menjadi Rp 40 ribu. Artinya, jasa Uber 25 persen lebih murah ketimbang Blue Bird.

Tapi tidak semua konsumen Uber mempertimbangkan tarif. Ada juga faktor keamanan dan fasilitas yang diberikan kepada penumpang. “Saya akan tetap pilih Uber atau Grab karena merasa lebih nyaman,” ujar Ririn Radiawati Kusuma, peneliti di Jakarta Property Institute. Menurut dia, kecepatan Uber atau Grab merespons keluhan konsumen patut ditiru angkutan umum di Jakarta.

Tidak hanya itu, jika konsumen tidak puas atau merasa dinakali pengemudi, perusahaan aplikasi ini bisa mengembalikan uang konsumen. Contohnya saat Ririn menggunakan jasa Uber untuk mengantarnya dari Pondok Indah ke Bendungan Hilir, Selasa pekan lalu. Dalam aplikasi, perkiraan tarif maksimal Rp 70 ribu. Namun sopir yang memilih jalur memutar membuatnya dikenai tagihan Rp 90 ribu.

Sesampai di tujuan, Ririn langsung mengisi form komplain yang disediakan aplikasi Uber. Dua jam kemudian, ia menerima surat elektronik dari Uber yang berisi permintaan maaf dan pernyataan akan mengevaluasi perjalanan tersebut. Beberapa menit kemudian, Ririn menerima surat kedua yang menyatakan tarif sudah disesuaikan dan ia hanya perlu membayar Rp 64 ribu. “Ini tidak ada di taksi biasa, yang bisa bikin kita emosi jika komplain,” katanya.

GUSTIDHA BUDIARTIE

Lebih lengkapnya, baca Majalah Tempo edisi 21 Maret 2016.

Berita terkait

5.000 Polisi Kawal Unjuk Rasa Sopir Taksi Online di Depan Istana

14 Februari 2018

5.000 Polisi Kawal Unjuk Rasa Sopir Taksi Online di Depan Istana

Polda Metro Jaya telah menyiapkan 5.000 anggotanya untuk mengawal unjuk rasa sopir taksi online.

Baca Selengkapnya

Permenhub 108 Tak Jalan, Sopir Taksi Konvesional Ancam Demo

1 Februari 2018

Permenhub 108 Tak Jalan, Sopir Taksi Konvesional Ancam Demo

Sopir taksi konvensional mengancam akan demo jika pemerintah tak menegakkan Permenhub 108.

Baca Selengkapnya

Tentang Taksi Online, Kenapa Permenhub 108 Untungkan Emiten?

29 Januari 2018

Tentang Taksi Online, Kenapa Permenhub 108 Untungkan Emiten?

Peraturan Menteri Perhubungan 108 Tahun 2017 dinilai akan menguntungkan emiten transportasi taksi online.

Baca Selengkapnya

Kinerja Anjlok, Ini Rencana Bisnis Taksi Express

8 Oktober 2017

Kinerja Anjlok, Ini Rencana Bisnis Taksi Express

Kinerja keuangan operator taksi Express , PT Express Trasindo Utama Tbk, pada semester pertama 2017, turun hingga 57 persen.

Baca Selengkapnya

Taksi Express PHK 400 Karyawan, Rekrut 2.000 Sopir Baru

6 Oktober 2017

Taksi Express PHK 400 Karyawan, Rekrut 2.000 Sopir Baru

Taksi Express memecat 400 karyawan di bagian manajerial dengan alasan efisiensi.

Baca Selengkapnya

MTI Jelaskan Penyebab Laba Industri Taksi Semakin Kecil

6 Oktober 2017

MTI Jelaskan Penyebab Laba Industri Taksi Semakin Kecil

Ketua Dewan Pakar Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit mengatakan margin atau laba industi taksi semakin lama semakin kecil.

Baca Selengkapnya

Pendapatan Turun 50 Persen, Ini Curhatan Sopir Taksi Express

6 Oktober 2017

Pendapatan Turun 50 Persen, Ini Curhatan Sopir Taksi Express

Pendapatan sopir taksi Express menurun 50 persen dalam setahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Tokopedia Gandeng Uber Integasikan Layanan Pesan Kendaraan

4 Oktober 2017

Tokopedia Gandeng Uber Integasikan Layanan Pesan Kendaraan

Nantinya pelanggan bisa memesan Uber lewat Tokopedia.

Baca Selengkapnya

Dugaan Suap Uber Indonesia ke Polisi, Polri Masih Mendalami  

20 September 2017

Dugaan Suap Uber Indonesia ke Polisi, Polri Masih Mendalami  

Polri mendalami dugaan suap yang dilakukan Uber Indonesia ke polisi.

Baca Selengkapnya

Diduga Lakukan Penyuapan, Uber Diselidiki di AS

30 Agustus 2017

Diduga Lakukan Penyuapan, Uber Diselidiki di AS

Departemen Kehakiman AS dilaporkan telah mulai menyelidiki apakah manajer di Uber melanggar undang-undang AS yang melawan penyuapan pejabat asing.

Baca Selengkapnya