Peserta pemeran membuat kain tenun tradisional pada pameran Katumbiri Expo 2015 di Jakarta Convention Center, 10 Desember 2015. Katumbiri Expo 2015 mengusung tema `Optimalisasi Peranan Perempuan dalam Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya Menuju Kesetaraan.` TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo meminta pemerintah untuk memberikan insentif kepada perusahaan-perusahaan modal ventura. "Karena mereka melakukan tugas negara untuk mengembangkan ekonomi kreatif," katanya dalam diskusi "Insentif Ekonomi untuk Industri Kreatif" di Menara Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa, 15 Maret 2016.
Fadjar berujar, apabila Presiden Joko Widodo ingin menjadikan industri kreatif sebagai tulang punggung perekonomian negara, pemerintah perlu mempermudah permodalan. "Perusahaan dengan intangible asset (aset tak berwujud) membutuhkan sumber permodalan yang berbeda dengan tangible asset (aset berwujud). Sumber modalnya seharusnya long term," ucapnya.
Sampai hari ini, menurut Fadjar, pemerintah hanya menggalakkan sumber modal short term, salah satunya kredit usaha rakyat. "Hari ini dikasih, bulan depan harus nyicil." Karena itu, kata dia, pemerintah perlu memberikan insentif bagi investor yang ingin membiayai industri kreatif, salah satunya perusahaan modal ventura.
Perbankan, Fadjar mengatakan, juga perlu didorong untuk mau memasuki sektor tersebut. Diungkapkan bahwa sekitar 73 persen perbankan dan lembaga keuangan meminta jaminan tanah dan bangunan ketika para pelaku industri kreatif meminta bantuan permodalan.
"Padahal, aset utama mereka sebenarnya adalah daya kreativitasnya. Masalahnya, intelectual property diterima tidak oleh perbankan dan lembaga keuangan? Karena itu, pemerintah perlu melakukan re-engineering indonesian venture capital ecosystem," kata Fadjar.
Selain permodalan, ujar Fadjar, pemerintah juga perlu meningkatkan iklim penelitian yang baik bagi keberlangsungan industri kreatif. Ekonomi kreatif tak bisa lepas dari penelitian. "Vonis tujuh tahun penjara bagi penemu mobil listrik tentu memprihatinkan. Banyak sekali kendala dan tantangan yang ada di lapangan."
Pemerintah harus mendorong pemasaran produk-produk industri kreatif melalui e-commerce. "Nggak bisa hanya sekedar bikin pameran kemudian roadshow. Kalau Alibaba bisa membuat ekonomi Cina begitu tingginya, kita juga pasti bisa. Pertanyaannya, apakah produk yang diperdagangkan di Tokopedia, Bukalapak, apakah produk indonesia?" tutur Fajar.