Pekerja melihat kemasan oli Shell saat dikemas di barik Shell terbaru di Bekasi, 5 November 2015. Pabrik ini akan memproduksi merek pelumas seperti Shell Helix, Shell Advance, Shell Rimula, Shell Spirax dan berbagai pelumas industri lainnya. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Industri pelumas diminta mengoptimalkan pemanfaatan teknologi terkini pada proses produksi. Sebab, produk pelumas berperan penting dalam meningkatkan efisiensi energi sekaligus memperpanjang usia mesin.
"Melalui pemanfaatan fasilitas riset dan pengembangan serta teknologi, diharapkan industri pelumas mampu menciptakan produk-produk pelumas yang hemat energi dan berdaya saing tinggi,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian Harjanto dalam keterangan tertulis, Rabu, 17 Februari 2016.
Menurut Harjanto, energi adalah salah satu instrumen penggerak utama dalam peningkatan daya saing industri selain bahan baku. ”Permasalahan energi belakangan ini memang menjadi fokus perhatian pemerintah dalam pembenahan daya saing industri nasional,” tuturnya.
Hal itu terlihat dari paket kebijakan ekonomi jilid III yang dikeluarkan pemerintah pada Oktober 2015 untuk memberikan angin segar bagi pelaku industri dalam negeri. Misalnya terkait dengan penetapan harga gas industri yang disesuaikan dengan kemampuan daya beli serta adanya insentif diskon harga pemakaian listrik saat tengah malam. Kebijakan tersebut diharapkan membantu industri mengurangi beban struktur biaya energi.
Harjanto berujar, industri pelumas terus menunjukkan kinerja yang cukup signifikan seiring dengan pertumbuhan pada sektor otomotif, permesinan, infrastruktur, dan industri maritim. Pada 2014, nilai ekspor produk pelumas mencapai US$ 86,56 juta atau mengalami kenaikan dua kali lipat dibandingkan dengan ekspor 2013 sebesar US$ 41,82 juta.
Director of Lubricants PT Shell Indonesia Dian Andyasuri mengatakan kerja sama lintas bisnis sangat diperlukan untuk mengembangkan sebuah teknologi yang membantu memenuhi kebutuhan energi dan bisnis, sekaligus mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Para pelaku bisnis saat ini mulai merasakan persaingan ketat karena dituntut lebih fokus mengurangi biaya operasional. Selain itu, harus menjamin bahwa investasi yang telah dikeluarkan mampu meningkatkan efisiensi perusahaan.
Ia menyebutkan, pelaku bisnis otomotif akan berfokus pada energi alternatif yang rendah emisi karbon. Sedangkan kalangan industri lain akan memerlukan mesin yang dapat bekerja maksimal dengan konsumsi energi yang rendah. “Selain itu, industri pembangkit listrik akan fokus pada pelumas yang mampu menjaga mesin bekerja maksimal dalam jangka panjang tanpa harus terputus untuk masalah pemeliharaan,” kata Dian.