MEA, Salak dan Pisang Lumajang Bersertifikat Internasional
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Rabu, 20 Januari 2016 04:25 WIB
TEMPO.CO, Lumajang - Kepala Bidang Pengolahan Pemasaran Hasil Pertanian Dinas Pertanian dan Peternakan Jawa Timur Bambang Heriyanto mengatakan sertifikasi dan standardisasi dari lembaga internasional menjadi modal utama untuk bisa bersaing di pasar bebas. Menurut dia, hal ini paling tidak sudah dimiliki Kabupaten Lumajang pada dua komoditas hortikulturanya.
Bambang mengatakan dua produk hortikultura itu adalah pisang mas kirana dari Senduro dan salak dari Pronojiwo. Keduanya, kata Bambang, sudah memperoleh sertifikasi Global Agricultural Practices (GAP). Tingkat internasional kantornya berpusat di Jerman, sedangkan di tingkat Asia, kantor perwakilannya di Sri Lanka.
"Pisang mas kirana adalah produk hortikultura pertama di Indonesia yang masuk Global GAP," kata Bambang di Lumajang, Selasa, 19 Januari 2016.
Konsekuensinya, permintaan dari luar negeri untuk produk pisang mas kirana ini sangat tinggi. Sedangkan salak dari Pronojiwo adalah produk hortikultura kedua di Indonesia yang diakui dan mendapat sertifikasi GAP. Sebentar lagi, kata Bambang, akan menyusul mangga dari Kabupaten Pasuruan dan mangga dari Situbondo. Selanjutnya dari Kabupaten Nganjuk menyusul komoditas bawang merah.
Bambang mengakui produk Indonesia banyak yang belum terstandardisasi. "Karena itu, dipelopori pisang mas kirana dari Senduro dan salak dari Pronojiwo, menjadi keharusan produk kita untuk terstandardisasi," katanya. Produk pertanian terstandardisasi bisa “membendung” produk impor. "Kami punya produk dengan standar seperti ini, maka produk yang masuk minimal seperti ini standarnya."
Kalau standarnya tidak ada, kata Bambang, sulit menolak produk-produk impor masuk. GAP sendiri merupakan sistem sertifikasi proses produksi pertanian yang menggunakan teknologi maju, ramah lingkungan, dan berkelanjutan sehingga produk panen aman konsumsi, kesejahteraan pekerja diperhatikan, dan usaha tani memberikan keuntungan ekonomi bagi petani.
Untuk Jawa Timur, kata Bambang, sudah mempunyai produk prima. Artinya, aman dikonsumsi dan jumlahnya ratusan. Komoditas hortikultura berupa pisang dan mangga, sementara untuk sayuran ada cabai dan bawang merah. Sedangkan di tanaman pangan ada beras.