Pialang dan trader Indonesia meniup terompet pada hari terakhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 30 Desember 2015. Ini merupakan penutupan penjualan saham untuk tahun 2015. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan tahun ini sektor konsumsi akan tetap menjadi penopang dalam perdagangan bursa. Selain dibutuhkan masyarakat, Reza juga berkaca pada pengamatannya tahun lalu bahwa sektor konstruksi yang awalnya digadang-gadang bisa unggul ternyata masih kalah oleh sektor konsumer karena kondisi makro ekonomi yang tidak mendukung.
“Pada tahun 2015, konsumer indeksnya juga masih lebih tinggi. Jadi, untuk tahun ini, sektor konsumer seperti Unilever masih diandalkan, tapi kita juga harus melihat likuiditas dari saham-sahamnya,” kata Reza di Bursa Efek Indonesia pada Senin, 14 Januari 2015.
Sektor konstruksi, kata Reza, akan berada pada peringkat kedua, kemudian disusul sektor perbankan. "Dengan adanya percepatan anggaran dari pemerintah dan asumsi makro ekonomi, tahun ini bisa lebih stabil, ini membuat iklim ekonomi menjadi lebih kondusif."
Perbankan bisa meningkatkan pertumbuhan interest margin. Net interest margin (NIM) tumbuh, kinerja perbankan meningkat, dan penyaluran kredit juga akan tumbuh. Terutama penyaluran kredit, jika bertumbuh, sektor utama perbankan juga akan bertumbuh. Misal sektor properti, yang jika tumbuh, juga akan menyeret bahan baku bertumbuh, seperti semen.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.