Akhir Tahun, Perputaran Uang di Jawa Tengah Rp 2,62 Triliun

Reporter

Editor

Zed abidien

Jumat, 1 Januari 2016 15:59 WIB

Ilustrasi uang rupiah. ANTARA/M Agung Rajasa

TEMPO.CO, Jakarta - Perputaran uang di Provinsi Jawa Tengah dalam kurun satu bulan mendekati akhir tahun mencapai Rp 2,62 triliun. Jumlah itu meningkat 48,26 persen dibanding pada Desember 2014.

“Peningkatan perputaran uang di masyarakat itu didorong meningkatnya kebutuhan uang tunai masyarakat menjelang libur Natal dan tahun baru,” kata Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Ananda Pulungan, Jumat, 1 Januari 2016.

Ananda menjelaskan, tingginya perputaran uang di masyarakat itu lebih besar dibanding aliran uang kartal yang masuk Bank Indonesia yang hanya naik sedikit dibanding tahun lalu, yakni 22,2 persen per tahun, menjadi Rp 1,39 triliun.

“Hal ini juga mengindikasikan adanya peningkatan kegiatan ekonomi pada akhir tahun 2015,” katanya.

Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah mencatat terjadi peningkatan kegiatan penarikan uang kartal dari Bank Indonesia menjelang akhir tahun. Menurut dia, perbankan menjaga likuiditasnya dalam menghadapi libur akhir tahun, salah satunya dengan cara menjaga ketersediaan uang di mesin-mesin ATM.

Rata-rata kegiatan penarikan uang oleh beberapa bank besar naik hingga 90 persen ketimbang bulan sebelumnya. Meski begitu, Ananda menyatakan peningkatan kebutuhan uang tunai pada akhir 2015 tidak sebesar kebutuhan uang tunai pada masa menjelang Idul Fitri pada Juli 2015, yang tercatat mencapai Rp 4,99 triliun.

Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Jam Jam Zamachsyari menyatakan tingginya perputaran uang memasuki akhir tahun itu sudah dirasakan sejak November oleh petani. Hal itu dibuktikan dengan nilai tukar petani di Jawa Tengah yang naik sejak November 2015. “Kenaikan nilai tukar petani mencapai 0,56 persen, dari posisi 101,5 menjadi 102,07,” ucapnya.

Menurut dia, peningkatan nilai tukar petani itu terjadi karena perubahan indeks harga yang diterima petani relatif sama dengan perubahan indeks harga yang dibayar petani. “Indeks yang dibayar meningkat 0,98 persen dari 121,57 pada Oktober 2015 menjadi 122,76 pada November 2015,” katanya.

Ia menjelaskan, indeks harga yang dibayar petani naik 0,41 persen, dari posisi 119,77 menjadi 120,27.

EDI FAISOL

Berita terkait

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

10 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

20 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

22 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

4 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

4 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya