Ekonom: Rasio Utang Jangka Pendek Masuk Tahap Waspada  

Reporter

Senin, 21 Desember 2015 04:44 WIB

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara. TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan rasio utang jangka pendek Indonesia tergolong besar jika dibandingkan dengan negara berkembang lain. Rasio total utang terhadap produk domestik bruto negara berkembang lain memang lebih besar daripada Indonesia. “Tapi rasio utang jangka pendek mereka kecil-kecil,” kata David, Ahad, 20 Desember 2015.

Rasio utang jangka pendek Indonesia sudah masuk tahap harus diwaspadai. Ia mengatakan, dalam kondisi normal, rasio tersebut memang aman-aman saja. Namun rasio tersebut sangat rentan jika terjadi gejolak eksternal. “Jika tiba-tiba ada kesulitan likuiditas global, akan sulit di-roll over,” katanya.

Bank Indonesia mencatat rasio utang jangka pendek berdasarkan jangka waktu sisa terhadap cadangan devisa pada kuartal III 2015 telah mencapai angka 55,23 persen. Jumlah ini terus meningkat dari kuartal I sebesar 51,38 persen dan kuartal II sebesar 52,64 persen.

Namun, secara nominal, utang jangka pendek terus menurun selama tiga bulan terakhir hingga Oktober tahun ini. Pada Agustus 2015, utang jangka pendek mencapai US$ 57,4 miliar. Pada September, utang jenis ini tercatat US$ 56,17 miliar dan Oktober US$ 55,6 miliar. Penurunan rasio didorong oleh menurunnya cadangan devisa.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan rasio tersebut masih aman. Ia mengatakan rasio ini masih sama dengan rasio cadangan devisa terhadap impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah jatuh tempo. “Saat ini rasionya sekitar 6,7 bulan,” katanya melalui pesan pendek kemarin.

Mirza mengatakan rasio ini bukan berarti impor dan utang dibayar menggunakan cadangan devisa. Pada prakteknya, impor dan utang dibayar dari arus kas perusahaan dan penarikan utang dagang. “Rasio tersebut hanya pembanding terhadap negara lain,” kata Mirza.

Menurut dia, mayoritas utang luar negeri korporasi adalah utang jangka panjang (lebih dari satu tahun). Utang luar negeri korporasi dibayar dari arus kas perusahaan dan dari roll over (penundaan pembayaran) utang tersebut. Ia mengatakan hal yang terpenting saat ini adalah menjaga kepercayaan investor dan kreditur luar negeri. “Jika kepercayaan terjaga, utang luar negeri jatuh tempo akan di-roll over,” kata Mirza.

TRI ARTINING PUTRI

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

5 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

7 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

20 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

4 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya