Suasana di area tambang terbuka Grasberg PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, 19 September 2015. Selain itu Freeport mendapat pengurangan bea keluar menjadi lima persen lantaran kemajuan pembangunan fasilitas smelter di Gresik, Jawa Timur. ANTARA/Muhammad Adimaja
TEMPO.CO, Jakarta - Senior Vice President PT Freeport Indonesia Wahyu Sunyoto mengatakan kunci sukses dalam pembangunan tambang bawah tanah adalah investasi untuk pengeboran bawah tanah. "Kepastian investasi penting didapat karena tambang butuh waktu sepuluh tahun untuk mempersiapkan," kata Wahyu di Jakarta, Kamis, 17 Desember 2015.
Menurut Wahyu, untuk eksplorasi tahun lalu saja, Freeport mengeluarkan dana US$ 17 juta. Untuk tahun depan, dana yang digelontorkan diperkirakan mencapai US$ 10-15 juta.
Penghasil mineral paling besar, menurut Wahyu, masih berasal dari open pit Grassberg. Open pit Grassberg mampu memproduksi 70 persen. Adapun DOZ Block Cave memproduksi 30 persen. Unit lainnya, seperti Big Gossan Grasberg Block Cave, Kucing Liar, dan Deep MLZ Block Cave, masih belum beroperasi.
Untuk Big Gosan, Wahyu berujar, sudah siap produksi. Produksi ini akan dialokasikan untuk tahun depan. Produksi Big Gossan sangat kecil sehingga tidak terlalu signifikan. Puncak produksi mencapai 7.000 ton. Namun, pada awal penambangan, produksi hanya diperkirakan 1.000 ton.
Nasib Freeport memang masih digantung. Saat ini pemerintah dan Freeport tengah membicarakan mekanisme divestasi saham. Freeport akan divestasi sebesar 10,64 persen.
Perpanjangan Izin Ekspor PT Freeport, Stafsus Menteri ESDM: Masalah Waktu Pembangunan Smelter
12 Juni 2023
Perpanjangan Izin Ekspor PT Freeport, Stafsus Menteri ESDM: Masalah Waktu Pembangunan Smelter
Staf Khusus Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif, membantah pemerintah tidak tegas dalam melarang ekspor tembaga.
Izin Ekspor Freeport Diperpanjang, Pengamat Khawatir Program Hilirisasi Berantakan
2 Mei 2023
Izin Ekspor Freeport Diperpanjang, Pengamat Khawatir Program Hilirisasi Berantakan
Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan pemerintah seharusnya tidak memberikan izin perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat PT Freeport Indonesia (PTFI).