Bank Indonesia Diharapkan Pangkas BI Rate

Reporter

Senin, 7 Desember 2015 23:02 WIB

TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku pasar keuangan di dalam negeri mengharapkan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan (BI rate) untuk mendorong meningkatnya konsumsi masyarakat sehingga turut menopang perekonomian 2016 nanti.

"Komposisi produk domestik bruto (PDB) Indonesia kan dari konsumsi sekitar 55 persen, investasi aset 32 persen, belanja pemerintah 9 persen dan ekspor 3 persen. Kita melihat belanja pemerintah bisa mendorong konsumsi," ujar Direktur dan Kepala Riset Ekuitas Citigroup Securities, Ferry Wong, dalam Seminar "Economic and Capital Market Outlook" di Jakarta, Senin (7 Desember 2015).

Ia menambahkan Indonesia juga bakal mengalami perbaikan ekonomi seiring dengan harapan meningkatnya tingkat belanja negara pada tahun 2016 depan. Hal itu, juga akan mengakselerasi konsumsi masyarakat meningkat.

Di sisi lain, lanjut dia, dengan tingkat inflasi yang rendah maka peluang Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan juga semakin terbuka, dengan demikian, jarak inflasi dengan BI rate tidak terlampau lebar.

"Kami prediksi, Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga hingga 50 basis poin (bps). Pada kuartal II sebesar 25 bps, dan kuartal IV juga 25 bps," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada November 2015 sebesar 0,21 persen. Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-November 2015 tercatat mencapai 2,37 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) 4,89 persen.

Sementara itu, Direktur Utama HD Capital, Antony Kristanto mengatakan bahwa inflasi yang rendah seperti saat ini merupakan momentum yang tepat waktu yang bagus bagi Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat BI rate.

"Inflasi rendah merupakan momentum, kalau memang nanti ada perlambatan ekonomi akibat kenaikan Fed fund rate maka kita masih tetap mempunyai ruang untuk menaikan suku bunga, jangan sampai kita belum menurunkan suku bunga namun nanti dinaikan lagi, itu kan dampaknya menjadi kurang bagus bagi Indonesia," katanya.

Di tempat sama, Direktur Grup Riset Ekonomi Bank Indonesia, Yoga Affandi mengakui jarak antara inflasi dan BI rate saat ini cukup lebar. Namun, pihaknya harus tetap menjaga stabilitas ekonomi sebagai tugas utama Bank Indonesia. Saat ini, tingkat BI Rate sebesar 7,5 persen.

"Kalau kita lihat inflasi saat ini, suku bunga Bank Indonesia sudah cukup besar. Namun, amanat kami adalah menjaga stabilitas. Stabilitas lebih penting saat ini. Selama demand membaik permintaan kredit konsumsi akan tetap tumbuh," katanya.

Ia mengatakan bahwa pihaknya belum dapat memastikan untuk menurunkan BI rate mengingat kondisi perekonomian global yang masih bervariasi.

"Bank Indonesia mengalami dilema terkait perlambatan ekonomi dan risiko eksternal. Namun, ketika suku bunga acuan bank sentral AS (Fed fund rate) sudah diputuskan maka lebih ada kepastian. Kalau memang saat ini pelonggaran moneter dibutuhkan, harus kita lihat dengan hati-hati," ujarnya.


ANTARA

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

7 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

20 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya