Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi sambutan saat pembukaan Munas Kadin ke VII di Trans Hotel, Bandung, Jawa Barat, 23 November 2015. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Nusa Dua - Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak ingin sektor komoditas sawit hanya menguntungkan korporasi. Dia ingin pengembangan komoditas sawit ikut membangun para petani dan masyarakat kecil. Perkembangan industri sawit indonesia, kata dia, tidak lepas dari upaya pemerintah untuk memperluas jaringan produktivitas dan memberikan kesetaraan prinsip-prinsip dasar pengelolaan komoditas ini.
Prinsip dasar tersebut adalah pengembangan koperasi sawit harus seimbang dengan pengembangan petani plasma dan usaha-usaha kecil masyarakat. "Ini adalah untuk memperhatikan unsur keadilan di masyarakat. Ini tetap menjadi pegangan bahwa sawit bukan hanya kepentingan atau upaya korporasi, tapi juga harus memberikan pemerataan yang besar bagi masyarakat," katanya saat membuka acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) XI di Bali, Kamis, 26 November 2015.
Kalla mencatat tiga hal penting penyebab industri perkebunan sawit bernilai dan berharga. Pertama, Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit mentah merupakan sumber untuk makanan dan kehidupan di dunia. "Kedua, karena terbesar, Indonesia tentu mempunyai agenda yang sangat besar karena Indonesia merupakan produsen terbesar palm oil di dunia dewasa ini," kata dia.
Poin selanjutnya, palm oil menyumbang pendapatan dan lapangan kerja terbesar setelah komoditas padi. Kalla menilai, ketiga hal tersebut merupakan hal esensial industri perkebunan sawit yang sangat penting bagi ekonomi. Karena itu, naik-turunnya keberhasilan komoditas sawit tak hanya mempengaruhi pendapatan masyarakat, tapi juga pendapatan negara secara keseluruhan.
Untuk itu, dia berharap industri sawit dapat memberikan sumbangan lebih baik bagi masyarakat. Mengingat pemerintah juga mendukung program keberlanjutan serta pengembangan energi baru dan terbarukan dari manfaat sawit.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) menyelenggarakan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) XI di Bali pada 25-27 November 2015. Konferensi tingkat internasional ini akan membahas proyeksi harga sawit tahun depan dan implementasi penggunaan dana patungan sawit (CPO Fund).
Konferensi ini dinilai penting karena Indonesia telah menjadi negara penghasil minyak sawit terbesar dan menguasai pangsa pasar minyak nabati di dunia sebesar 38 persen. Selain itu, devisa yang dihasilkan dari ekspor minyak sawit telah membantu menyelamatkan defisit neraca perdagangan Indonesia.