Seorang karyawan mengamati pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 2 November 2015. ANTARA FOTO
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio menargetkan lima tahun ke depan Indonesia akan menjadi negara dengan jumlah emiten terbesar di ASEAN.
Tito mengatakan hal tersebut dalam paparannya di JW Mariot Hotel Jakarta, Selasa, 24 November 2015.
Untuk mewujudkan target tersebut, Tito mengatakan ada empat cara. Pertama, meningkatkan jumlah emiten. Dalam rangka meningkatkan jumlah emiten, ia berharap perusahaan asing yang bergerak di bidang sumber daya alam bisa turut menjual sahamnya di bursa dalam negeri.
"Freeport sama Wilmar misalnya, ayo dong listed di kita. Sumbernya kan dari kita," katanya.
Kedua, memperkuat broker itu sendiri. Ketiga, dengan menjalankan program 'Yuk Menabung Saham'. Dengan program tersebut, selain mampu menambah jumlah emiten, otomatis akan menambah jumlah investor.
Keempat, meningkatkan reputasi bursa. "Bursa harus punya wibawa sehingga orang mau investasi di kita," ujarnya.
Lebih lanjut Tito menjelaskan, Indonesia kini memiliki 518 emiten, berbeda sekitar 350 emiten dibandingkan Malaysia yang memiliki 800 emiten. Namun jika dilihat selama kurun waktu tiga tahun belakangan, Malaysia mengalami penurunan sedangkan Indonesia meningkat. Dengan demikian, Tito optimistis target lima tahun mencapai jumlah emiten terbesar di ASEAN bisa tercapai.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.