Insentif Dana Hasil Ekspor, Pengamat: Sudah Tepat, Tapi..

Reporter

Kamis, 19 November 2015 04:29 WIB

Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla saat memberikan keynote speech pada TEMPO Economic Briefing dengan tema "Mengembalikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2016" di Jakarta, 17 November 2015. TEMPO/Bambang Harymurti

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dzulfian Syafrian menilai, langkah pemerintah memberikan insentif bagi eksportir agar dana hasil ekspor disimpan di dalam negeri sudah tepat. "Cuma penerapannya belum dilakukan," katanya ketika dihubungi Tempo, Selasa, 17 November 2015.

Menurut Dzulfian, pemerintah sudah menemukan solusi untuk mengatasi minimnya eksportir yang menaruh dana hasil ekspor di Indonesia. Padahal dana hasil ekspor tersebut bisa meningkatkan devisa negara. "Pemerintah sudah tahu masalahnya, hanya saja belum ada political will. Belum ada produk hukumnya, dari PBI atau PMK," katanya.

Dzulfian menyarankan dana hasil ekspor tersebut dikonversi menjadi rupiah. Alasannya, konversi tersebut akan semakin meningkatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. "Dengan kondisi carut-marut seperti ini dibutuhkan banyak rupiah. Pemerintah juga harus tahu bagaimana insentif dengan konversi ke rupiah."

Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya mengatakan, aturan devisa bebas yang diterapkan Indonesia harus dikoreksi. Menurut politikus senior Partai Golkar itu, sistem devisa bebas Indonesia terlalu liberal. "Batu bara diekspor sebanyak-banyaknya, baranya pergi, uang masuk seadanya," kata dia dalam Tempo Economic Briefing yang diselenggarakan pada 17 November lalu.

JK ingin mengoreksi kebijakan tersebut agar ketersediaan devisa Indonesia mencukupi sehingga berdampak baik terhadap stabilitas ekonomi nasional. Apalagi pemasukan devisa Indonesia masih kalah dengan Malaysia. "Kebijakan devisa sekarang fatal makanya kita mengemis tolong masukin uang dari luar negeri,” kata dia.

Pekan lalu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan membahas dana hasil ekspor. "Koordinasi pelaksanaan dana hasil ekspor yang mau dikonversi menjadi deposito dan akan diberikan insentif, serta bagaimana penyelarasannya di antara lembaga-lembaga," kata Agus.

Dalam paket kebijakan ekonomi jilid dua, pemerintah memberikan insentif pengurangan pajak bunga deposito bagi eksportir yang menyimpan hasil ekspornya di perbankan luar negeri. Bagi eksportir yang menyimpan dana hasil ekspor dalam bentuk deposito 1 bulan, tarifnya akan diturunkan 3 persen. Adapun dengan deposito 3 bulan menjadi 7,5 persen. Untuk 6 bulan menjadi 2,5 persen, sedangkan di atas 6 bulan hanya 0 persen.

SINGGIH SOARES


Berita terkait

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

3 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

5 hari lalu

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

Pendeta Gilbert Lumoindong dilaporkan ke polisi atas ceramahnya yang dianggap menghina sejumlah ibadah umat Islam.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

7 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

7 hari lalu

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

Presiden Jokowi mendiskusikan rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Menlu Cina, pernah akan dibangun pada 2018.

Baca Selengkapnya

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

7 hari lalu

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

"Saya tidak ada niat, saya mencintai umat Muslim. Saya minta maaf," kata Gilbert Lumoindong

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

8 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

8 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

18 hari lalu

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

Open house yang diadakan oleh JK dihadiri oleh Anies Baswedan, Hamdan Zoelva, hingga Tom Lembong selaku perwakilan koalisi perubahan.

Baca Selengkapnya

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

18 hari lalu

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

Jusuf Kalla menilai positif kunjungan Roeslan Roeslani ke rumah Megawati Soekarnoputri. Soal rekonsiliasi nasional, ia menilai ada banyak waktu lain.

Baca Selengkapnya