Pekerja menyelesaikan pembuatan mebel di Manggarai, Jakarta, 23 Juni 2015. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, produksi industri manufaktur kelas menengah besar sektor furnitur dan kerajinan kuartal pertama tahun ini, menurun 4,38% dibandingkan dengan kuartal IV/2014. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin optimistis ekspor mebel akan mencapai 5 miliar dolar AS atau sekitar Rp67,5 triliun dalam lima tahun.
"Ini karena kita punya keunggulan sumber bahan baku alami yang melimpah, berkelanjutan serta didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal," ujar Saleh Husin saat meresmikan Pembukaan Pameran Perfect Home Interior Decor 2015 di Jakarta Convention Center, di Jakarta, Rabu (18 November 2015).
Menperin pun mengatakan penerapan Asean Economic Community (AEC) pada akhir 2015 dapat menjadi peluang bagi industri dalam negeri khususnya industri mebel dan kerajinan.
Untuk itu, pemerintah mendorong peningkatan daya saing industri melalui beberapa program hilirisasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
"Pemerintah juga tegas mengamankan pasokan bahan baku dengan mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor bahan baku kayu diatur dalam Permendag No. 44 Tahun 2012 tentang Barang Dilarang Ekspor," ujar Saleh.
Sementara itu, pelarangan ekspor bahan baku rotan diatur dalam Permendag No. 35 Tahun 2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan.
Industri mebel merupakan industri penghasil nilai tambah tinggi dan devisa.
Kinerja ekspor pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan capaian yang baik. Secara total pada 2013, nilai ekspor furniture kayu dan rotan nasional mencapai 1,8 miliar dolar AS dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 2,2 miliar dolar AS.
Nilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?
11 Januari 2023
Nilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?
Nilai ekspor Indonesia pada 2022 tumbuh 29,4 persen dengan nilai US$ 268 miliar atau sekitar Rp 4.144 triliun. Beberapa komoditas seperti besi baja, bahan bakar fosil, dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berkontribusi dalam peningkatan tersebut.