Pertumbuhan Ekonomi 2015 Ditaksir Cuma 4,75 Persen

Selasa, 10 November 2015 02:00 WIB

Pekerja menata tabung gas elpiji 3 kg di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta, 9 Maret 2015. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi pada 2015 dianggap sulit untuk mencapai angka di atas 5 persen. Ini disebabkan kondisi global yang belum sepenuhnya pulih dari pelemahan ekonomi. "Pertumbuhan ekonomi pada 2015 sulit untuk mencapai 5 persen, perkiraan saya akan berada di kisaran 4,73-4,75 persen," kata ekonom dari Bank Permata, Joshua Pardede, Jumat, 6 November 2015.

Data BPS mencatat, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 adalah 4,71 persen, triwulan II 4,67 persen, dan triwulan III 4,73 persen. Rata-rata pertumbuhan dari triwulan I-III adalah 4,70 persen. Joshua memperkirakan pertumbuhan pada triwulan IV akan berkisar 4,80-4,85 persen. Dengan demikian, pertumbuhan sepanjang 2015 diperkirakan 4,73-4,75 persen.

Menurut Joshua, beratnya mencapai pertumbuhan di atas 5 persen pada 2015 disebabkan masih lemahnya daya beli masyarakat. Padahal, variabel ini berkontribusi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Pemerintah harus bisa mendorong daya beli masyarakat untuk mendorong pertumbuhan," kata Joshua.

Upaya memperkuat daya beli masyarakat ini, kata Joshua, bisa dilakukan pemerintah dengan menurunkan harga bahan bakar minyak. Apalagi harga minyak dunia sedang mengalami tren penurunan. Pemerintah sudah menyatakan harga BBM bisa dikaji dalam rentang waktu tiga bulan. "Kalau harga BBM bisa diturunkan, ini cukup bisa memperkuat daya beli masyarakat," kata Joshua.

Joshua mengatakan pertumbuhan ekonomi juga terkait dengan sejauh mana pemerintah bisa mendorong belanja pemerintah. Belanja infrastruktur, kata dia, akan sangat efektif untuk mendorong pertumbuhan karena mempunyai efek pengganda dalam menggerakkan ekonomi. Sayangnya, penyerapan belanja infrastruktur masih belum maksimal.

Faktor lainnya untuk menggerakkan pertumbuhan adalah investasi dan posisi neraca perdagangan. Pemerintah, kata Joshua, memang sudah berupaya mendorong peningkatan investasi melalui serangkaian paket kebijakan 1-6. "Tapi hasil paket kebijakan ekonomi terkait investasi itu tidak instan, dia sifatnya long term," kata Joshua.

Sementara untuk posisi neraca perdagangan, memang ada sedikit perbaikan. Namun, kata Joshua, hal itu belum bisa mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Penyebabnya adalah permintaan global yang saat ini menurun sebagai akibat melemahnya ekonomi Cina dan negara-negara lainnya. "Kondisi ini membuat kinerja ekspor melambat," katanya.

AMIRULLAH

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

2 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

4 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

4 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

4 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

6 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

6 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

6 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

6 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

6 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya