TEMPO Interaktif, Palembang:Perusahaan Listrik Negera (PLN) perlu menganti pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dengan bahan bakar lainnya seperti gas dan batubara. Dengan langkah itu, PLN bisa menghemat sekitar Rp 12 Triliun."Ketidakmampuan manajemen PLN untuk melepaskan ketergantungan terhadap BBM, akan menambah beban politik pemerintah yang sudah berat," kata pengajar Pasca Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia, Martunus Haris, dalam diskusi "Menuju PLN Yang Sehat dan Tidak Disubsidi" di Palembang, Rabu (28/12) sore.Menurut dia, penggunaan BBM untuk pembangkit sangat menyedot biaya operasional PLN yang mencapai 45 persen. Sedang per kWh nya jika menggunakan minyak membutuhkan dana Rp 211,41. Jumlah ini masih terlalu mahal ketimbang menggunakan batubara mencapai Rp 132 per kWh."Kalau merujuk ke harga pokok produksi (HPH) untuk 2005 yaitu Rp 686 per kWh, terlihat bahwa PLN menjalankan usaha yang tidak sehat karena harga jualnya Rp 597 per kWh. Akibatnya, selama setahun ini PLN membutuhkan Rp 15 triliun untuk mensubsidi harga," ujar Martunus yang juga konsultan PLN.Jika PLN tidak lagi menggunakan BBM, lanjut dia, penghematan bisa dilakukan pada beberapa aspek, seperti biaya bahan bakar sebesar Rp 7,5 triliun , pemeliharaan Rp 1,5 triliun dan biaya subsidi langsung BBM sebesar Rp 3 triliun. Arif Ardiansyah