TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan digelar hari ini, rupiah dalam jangka pendek masih cenderung mengalami penguatan.
“Untuk menguji level Rp 13.400 hingga Rp 13.200 per dolar Amerika Serikat mendatang,” kata Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo kepada Tempo dalam pesan singkatnya, Kamis, 15 Oktober 2015.
Lucky mengatakan pelaku pasar menantikan hasil rapat Dewan Gubernur BI dengan harapan terjadi kebijakan penurunan suku bunga dari 7,5 persen menjadi 7,25 persen.
Rupiah beberapa hari terakhir memang menunjukkan penguatan yang signifikan. Namun kini penguatannya mulai bergerak melambat.
Menurut analis pasar keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rully Arya Wisnubroto, pada dasarnya nilai tukar rupiah memang sangat rentan terhadap gejolak yang terjadi di luar negeri.
“Aktivitas ekonomi global yang mempengaruhi melambatnya penguatan rupiah kali ini sentimennya datang dari Cina,” kata Rully saat dihubungi.
Rully menjelaskan data impor Cina lebih buruk dari yang diekspektasikan, sehingga hal ini mempertegas bahwa ekonomi emerging market (pasar negara berkembang) tengah mengalami perlambatan.
Menurut Rully, tidak mudah membuat rupiah tetap bertahan menguat dalam periode pemulihan jangka pendek. Yang paling penting saat ini, menurut dia, adalah terus meningkatkan kinerja perekonomian nasional untuk tetap mempertahankan kepercayaan para investor.
“Pertumbuhan ekonomi harus lebih baik pada kuartal III dan IV,” ujar Rully.
GHOIDA RAHMAH
Berita terkait
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
5 jam lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
15 jam lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
17 jam lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
1 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
2 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaEkonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025
3 hari lalu
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.
Baca SelengkapnyaZulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi
4 hari lalu
Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.
Baca SelengkapnyaSehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187
4 hari lalu
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.
Baca SelengkapnyaPengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan
4 hari lalu
BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.
Baca SelengkapnyaIHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia
4 hari lalu
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.
Baca Selengkapnya