Soal Rupiah Menguat, BI Berubah Pendapat

Reporter

Editor

Sugiharto

Jumat, 9 Oktober 2015 14:38 WIB

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo memeriahkan HUT Kemerdekaan RI dengan berpakaian ala penyanyi rap di kantor Bank Indonesia, Jakarta, 7 Agustus 2015. Foto: Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan nilai rupiah yang menguat tajam dalam tiga hari terakhir lebih karena faktor fundamental Indonesia. "Bukan hanya faktor eksternal yang mendorong, tapi memang ada faktor fundamental dalam negeri," ucapnya di kompleks gedung Bank Indonesia, Jumat, 9 Oktober 2015.

Rupiah hingga siang ini menguat 4,3-4.4 persen. Mata uang negara lain di kawasan Asia juga menguat, seperti ringgit Malaysia yang naik 3,4 persen, won Korea Selatan 1,2 persen, dolar Taiwan 1,2 persen, dan bath Thailand 0,4 persen.

Mirza menuturkan semula investor meragukan langkah pemerintah dalam melakukan reformasi struktural. Tapi, menurut dia, keraguan ini dipatahkan dengan diluncurkannya paket kebijakan jilid I, II, III, bahkan IV yang akan segera menyusul. Jadi investor pun kembali masuk ke Indonesia. "Pemerintah meng-address dilakukannya debirokratisasi dan deregulasi dalam rangka mendorong investasi dan devisa masuk. Sasarannya memang sektor riil," ujarnya.




Dia tak menampik bahwa penguatan rupiah ini juga terpengaruh oleh berita risalah pertemuan bank sentral AS (The Fed) pada September lalu yang menunjukkan data-data perekonomian AS lemah. Maka kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan tidak akan terjadi tahun ini, melainkan tahun depan.

Pendapat Mirza itu berubah hanya dalam dua hari. Sebelumnya, Rabu siang, 7 Oktober lalu, kepada para editor media massa yang dia undang, Mirza menuturkan penguatan kurs rupiah lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal ketimbang dalam negeri. “Faktor eksternal memegang peranan 75 persen terhadap pergerakan rupiah,” katanya di gedung BI.

Faktor eksternal itu adalah perkiraan The Fed yang tidak akan menaikkan suku bunganya tahun ini. Sedangkan faktor dari dalam negeri, menurut Mirza, ialah sejumlah pemegang dolar (investor jangka panjang) melepas portofolionya sejak dua hari lalu. “Mereka cut loss (alami kerugian). Dan Bank Indonesia kemarin mendiamkan saja, tak lagi intervensi,” ucapnya.

Perihal intervensi BI menjelang rupiah menguat, ujar Mirza, bank sentral hanya melakukan sedikit intervensi. "Kami bantu dorong sedikit aja. Ini lebih karena banyak yang cut loss (jual rugi) dolarnya, baik individu maupun korporasi," ucapnya hari ini.

BI tetap berhati-hati menjaga kebijakan moneter. BI juga menambah suplai valuta asing di pasar spot dan forward serta mendorong terjadinya penguatan nilai rupiah. Ini semakin membuat financial market semakin percaya kepada pasar Indonesia. "Investor financial market sudah semakin yakin pemerintah Indonesia telah melakukan langkah reformasi struktural yang serius," kata Mirza.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

52 menit lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

14 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

15 jam lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

1 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya