Rupiah Menguat, Banyak Pemilik yang Obral Dolar  

Reporter

Kamis, 8 Oktober 2015 08:33 WIB

Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengungkapkan, ketika nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat pada Selasa lalu, banyak pemegang dolar AS yang menjual rugi (cutloss) simpanan dolarnya. Aksi cutloss ini berlanjut pada Rabu, pada saat rupiah kembali perkasa terhadap dolar.

“Selasa mulai banyak yang cutloss, BI ikut intervensi (menjual cadangan dolar AS). Ketika cutloss berlanjut, BI tidak lagi intervensi, dibiarkan saja,” kata Mirza di kantornya, Rabu, 7 Oktober 2015. BI melaporkan cadangan devisa akhir September US$ 101,7 miliar; turun US$ 3,6 miliar dari akhir Agustus yang sebesar US$ 105,3 miliar.

BERITA MENARIK
Cerita Pramugari Raup Rp 14 Miliar Hasil Melacur di Pesawat
Farhat Abbas Dibully: Mana Ada yang Tahan Hidup Sama Abang!


Aksi jual dolar AS ini, ucap Mirza, tidak hanya dilakukan oleh para spekulan, tapi juga oleh para importir yang terlanjur membeli dolar Amerika pada harga tinggi untuk digunakan dalam 3 atau 6 bulan mendatang. Cutloss, ia mengimbuhkan, membuat pasokan dolar AS di pasar meningkat tajam dan menguatkan rupiah.

Alhasil, Senin lalu, kurs rupiah menguat dari 14.645 menjadi 14.503 per dolar AS dan di hari Selasa naik menjadi 14.241 per dolar AS. Sedangkan di akhir perdagangan kemarin, kurs rupiah naik tajam 420 poin (2,95 persen) ke level 13.821 per dolar AS. Sebelum ditutup, mata uang Garuda bahkan sempat menyentuh 13.738 per dolar AS.

Sayangnya, Mirza tidak mengetahui jumlah pemegang dolar AS yang melakukan cutloss. Namun sebagai gambaran, nilai pasar dolar AS di Indonesia berkisar U$ 3-5 miliar per hari. Jumlah itu jauh di bawah pasar dolar Singapura yang US$ 300 miliar per hari atau Malaysia US$ 13-14 miliar per hari. “Makanya, kami terus melakukan pendalaman pasar,” ujarnya.

BACA JUGA
Monyet Bersin dan Ikan Berjalan Bikin Heboh Ilmuwan
Ooops, Ini Anak Kerbau tapi Berbadan Buaya


Mirza menegaskan, penguatan rupiah saat ini—meski berlangsung tajam, masih dalam batas wajar. Alasannya, nilai tukar rupiah masih berada di bawah fundamentalnya. Penguatan kurs rupiah lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal ketimbang dalam negeri. “Faktor eksternal memegang peranan 75 persen terhadap pergerakan rupiah,” kata dia.

Faktor eksternal itu adalah perkiraan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang tidak akan menaikkan suku bunganya (Fed’s rate) tahun ini. Menurut Mirza, pelaku pasar dan analis telah menggeser prediksi kenaikan Fed’s rate, yang sejak 2008 bertahan di posisi 0,25 persen, dari akhir 2015 menjadi kuartal I, bahkan kuartal II dan kuartal III 2016.

EFRI RITONGA

SIMAK PULA
Berhenti Melacur, Model Anggita Sari Ingin Kerja Kantoran
Kapolda Tito Ungkap Petunjuk Pembunuh Bocah dalam Kardus

Berita terkait

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

1 jam lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

11 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

13 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

4 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya