Ekspresi salah satu pialang saham saat bekerja di Bursa Efek New York, 24 Agustus 2015. Bursa saham Wall Street di New York anjlok selama lima hari berturut-turut menyusul turunnya pasar saham di Eropa dan Asia. REUTERS/Brendan McDermid
TEMPO.CO, Jakarta - Harga saham di bursa saham Wall Street berjatuhan dipimpin oleh terpangkasnya harga saham Apple dan perusahaan-perusahaan sektor energi pada 9 September 2015.
Harga saham Apple turun 0,8 persen menjadi 111,44 dolar Amerika Serikat setelah perusahaan ini mengaku akan meng-update Apple TV pada App Store dan meluncurkan produknya di San Francisco.
Sedangkan saham sektor energi memimpin terpangkasnya indeks S&P 500 hingga 1,3 persen setelah harga minyak kembali turun.
"Kami menghadapi reli yang bagus kemarin didasarkan pada posisi yang oversold," kata Bucky Hellwig dari BB&T Wealth Management di Birmingham, Alabama.
Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 140,26 poin atau 0,85 persen menjadi 16.352,42 poin, indeks S&P 500 turun 15,82 poin atau 0,8 persen menjadi 1.953,59 poin, dan indeks Nasdaq terpental 28,12 poin atau 0,58 persen menjadi 4.783,81 poin, seperti dilansir Reuters.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.