Suasana sebuah pabrik rokok di Jawa Timur. TEMPO/ M Taufiqurohman
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan sikap menolak kenaikan cukai rokok pada 2016. Kebijakan ini dianggap Apindo kontraproduktif dengan paket stimulus ekonomi yang dicanangkan pemerintah.
"Dengan kenaikan selama lima tahun terakhir saja, industri tembakau nasional sulit berkembang," ujar Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani di Jakarta, Rabu, 9 September 2015.
Sikap Apindo didukung Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo), Forum Masyarakat Industri Rokok Indonesia (Formasi), Asosiasi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI), Serikat Pekerja Seluruh Indonesia-Rokok, Tembakau, Makanan, dan Minuman (SPSI), serta Paguyuban Mitra Produksi Sigaret.
Rencana kenaikan cukai rokok tertuang dalam rencana pemerintah yang menargetkan penerimaan cukai hasil tembakau tahun depan sebesar Rp 148,9 triliun. Angka ini setara 95,72 persen dari target penerimaan cukai 2015 dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional 2015 sebesar Rp 120 triliun.
Gabungan Asosiasi Perserikatan Pengusaha Rokok Indonesia (Gappri) juga mengaku keberatan dengan rencana ini. Apalagi tahun ini pemerintah telah menghapus fasilitas penundaan pembayaran pita cukai lewat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.04/2015, sehingga pembayaran cukai rokok mencapai 14 bulan dalam setahun.
Sekretaris Jenderal Gappri Hasan Aony Aziz mencatat, pada kuartal pertama 2015 saja, produksi rokok turun 14,60 persen. Berkaca pada hal ini, Hasan memprediksi produksi rokok hingga akhir tahun tidak akan mencapai target.
"Bayangkan, jika cukai rokok naik pada 2015, produksi kami bisa benar-benar anjlok," tutur Hasan.
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif
4 hari lalu
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani menilai melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada penurunan confidence ekspansi usaha di sektor manufaktur nasional.