Begini Cerita Indonesia Keluar dari OPEC Tahun 2008  

Reporter

Rabu, 9 September 2015 13:33 WIB

Kantor OPEC di Wina, Austria. REUTERS/Leonhard Foeger

TEMPO.CO, Jakarta -OPEC awalnya dibentuk sebagai respon perang harga minyak. Awalnya Juli 1960 Presiden Direktur dan CEO Standard Oil of New Jersey, sekarang Exxon, Jack Rathbone berencana memotong harga minyak mentah jenis Arabian light crude (ALC) sebesar tujuh persen menjadi US$ 1,86 per barel.

Ide tersebut didukung oleh kartel tujuh perusahaan minyak raksasa yang disebut "The Seven Sisters". Exxon termasuk di dalamnya bersama Mobil, Chevron, Texaco, Gulf, BP, dan Shell. Toh penurunan harga minyak mentah tidak akan sampai mengurangi pendapatan kartel tersebut. Justru keuntungan perusahaan meningkat karena mereka menguasai bisnis minyak dari hulu hingga hilir.

Satu bulan setelah pemotongan harga, negara pemilik sumber daya di Timur Tengah dan Venezuela meradang. Mereka berkumpul di Bagdad, Irak, pada 10 September 1960 untuk memperjuangkan kepentingannya. Pada akhir pertemuan, yakni 14 September 1960, lahirlah Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Negara-negara industri sebagai konsumen penikmat utama minyak beramai-ramai melalui OEEC (Organization of European Economic Cooperation) bereaksi keras. Akhirnya 10 Desember 1960, Amerika Serikat dan Kanada bergabung dengan OEEC dan nama organisasi negara-negara industri ini diubah menjadi OECD (Organization of Economic Cooperation and Development).

Indonesia sebagai salah satu negara produsen justru menyambut positif lahirnya OPEC. Pada 1962, Indonesia dan Qatar bergabung masuk OPEC. Langkah diikuti negara ini diikuti Libya, Aljazair, Nigeria, UAE, Ekuador, dan Gabon.

Pada 6 Mei 208 Sidang Kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan hasil rapat terbatas kabinet membahas soal keanggotaan Indonesia di OPEC. "Apakah masih tetap (sebagai anggota) atau tidak," ujarnya. Alasanya menurut SBY karena Indonesia bukan lagi net exporter minyak. Minyak yang diimpor lebih banyak daripada yang diekspor. "Apalagi produksi minyak kita sekarang semakin turun," katanya.

Pada 28 Mei 2008 Indonesia akhirnya keluar dari keanggotaan OPEC. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengatakan Indonesia sudah mempertimbangkan untuk keluar dari OPEC sejak tiga tahun lalu.

Menurut Purnomo, Indonesia akan bergabung kembali dengan OPEC jika produksi minyak Indonesia meningkat dan ekspor minyak lebih besar daripada impor. "Jika produksi naik dan bisa mengembalikan status Indonesia menjadi net oil exporter, kami akan bergabung kembali dengan OPEC," katanya.

Kemudian pada 7 Mei 2015 Indonesia ingin kembali aktif dalam OPEC. Keinginan ini, menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said sudah mendapatkan izin dari Presiden Joko Widodo. Namun Indonesia tak akan langsung kembali menjadi anggota. "Kita akan masuk sebagai peninjau dulu," kata dia.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said pada 15 Mei 2015 mengungkapkan Presiden Joko Widodo telah menyetujui rencana Indonesia untuk kembali bergabung dengan OPEC. Menurut Sudirman, rencana tersebut sudah dua kali ia sampaikan kepada Presiden. "Beliau sependapat dengan saya," kata dia.

Alasanya menurut Sudirman, Indonesia bakal diperhitungkan dalam OPEC. Sebagai salah satu importir minyak terbesar mempunyai posisi tawar yang tinggi dalam pasar minyak global.

EVAN/PDAT Sumber Diolah Tempo

Berita terkait

Kemenperin Tegaskan Perluasan Industri Penerima Harga Gas Khusus Tak Bebani Industri Migas

23 Februari 2024

Kemenperin Tegaskan Perluasan Industri Penerima Harga Gas Khusus Tak Bebani Industri Migas

Kemenperin menbantah Kementerian ESDM terkait perluasan harga gas khusus industri yang dinilai membebani industri migas.

Baca Selengkapnya

Penyalahgunaan BBM Selama 2022 1,4 Juta Liter, BPH Migas: Dominan Solar

3 Januari 2023

Penyalahgunaan BBM Selama 2022 1,4 Juta Liter, BPH Migas: Dominan Solar

BPH Migas bersama Polri mengungkap penyalahgunaan bahan bakar minyak atau BBM sebanyak 1,4 juta liter sepanjang tahun 2022.

Baca Selengkapnya

Airlangga Buka Peluang Revisi Regulasi untuk Mendorong Industri Migas

24 November 2022

Airlangga Buka Peluang Revisi Regulasi untuk Mendorong Industri Migas

Airlangga Hartarto meminta agar SKK Migas melakukan langkah-langkah agar situasi iklim investasi maupun insentif bisa lebih baik di industri migas.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Optimalkan Kebijakan Fiskal untuk Dorong Industri Hulu Migas

23 November 2022

Sri Mulyani Optimalkan Kebijakan Fiskal untuk Dorong Industri Hulu Migas

Sri Mulyani Indrawati menyatakan bakal mengoptimalkan kebijakan fiskal untuk mendukung pertumbuhan pertumbuhan industri migas.

Baca Selengkapnya

Kepala SKK Migas Sebut Industri Hulu Minyak dan Gas RI Butuh Investasi USD 179 Miliar

23 November 2022

Kepala SKK Migas Sebut Industri Hulu Minyak dan Gas RI Butuh Investasi USD 179 Miliar

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan industri hulu minyak dan gas (migas) membutuhkan investasi yang cukup besar.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Pertambangan Soebroto Sebut Industri Hulu Migas Bukan Sunset Industri

28 Oktober 2022

Eks Menteri Pertambangan Soebroto Sebut Industri Hulu Migas Bukan Sunset Industri

Menteri Pertambangan dan Energi RI periode 1978-1988, Soebroto, mengatakan industri hulu minyak dan gas (migas) bukan sunset industri, tetapi menjadi sunrise industri

Baca Selengkapnya

Temuan Potensi Gas Melimpah di Blok Andaman, SKK Migas Ungkap Pengeboran Makin Intensif

21 Juli 2022

Temuan Potensi Gas Melimpah di Blok Andaman, SKK Migas Ungkap Pengeboran Makin Intensif

SKK Migas melaporkan kegiatan pengeboran di Blok Andaman I,II, dan III belakangan makin intensif.

Baca Selengkapnya

Arus Mudik, BPH Migas Prediksi Ketersediaan Bensin Bakal Naik 5 Persen

25 April 2022

Arus Mudik, BPH Migas Prediksi Ketersediaan Bensin Bakal Naik 5 Persen

BPH Migas menjelaskan beberapa proyeksi untuk sektor bahan bakar minyak (BBM) selama periode Idul Fitri.

Baca Selengkapnya

Krisis Energi, Kemenko Perekonomian: Kita Perlu Belajar Mumpung Ada Waktu

24 Oktober 2021

Krisis Energi, Kemenko Perekonomian: Kita Perlu Belajar Mumpung Ada Waktu

Raden Pardede mengatakan salah satu kontributor krisis energi saat ini akibat mulai ditinggalkannya industri fosil

Baca Selengkapnya

Khawatir Diserang Rudal, Arab Saudi Tingkatkan Penjagaan di Kilang Minyak

11 Maret 2021

Khawatir Diserang Rudal, Arab Saudi Tingkatkan Penjagaan di Kilang Minyak

Pemerintah Arab Saudi mengatakan bakal meningkatkan keamanan di kilang-kilang minyak miliknya

Baca Selengkapnya