4 Tantangan Ekonomi Asia Versi IMF  

Reporter

Editor

Grace gandhi

Kamis, 3 September 2015 07:16 WIB

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde dalam jumpa pers seusai melakukan pertemuan tertutup dengan pimpinan DPR RI di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 2 September 2015. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengatakan Indonesia dan Asia saat ini menghadapi empat tantangan yang meliputi inovasi, integrasi, infrastruktur, dan inklusifitas.

Pembangunan Asia pada masa depan, menurut Lagarde, menyajikan serangkaian masalah yang kompleks. Sektor keuangan sangat memainkan peranan penting dalam serangkaian masalah tersebut.

Tantangan pertama adalah terkait dengan inovasi. Sektor keuangan Asia, Lagarde menjelaskan, sudah mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi dan telah diubah oleh peningkatan pesat di kawasan Asia. Namun peningkatan sektor keuangan perlu mencontoh manufaktur Asia yang terus-menerus berkembang ke arah nilai tambah produk yang lebih tinggi dan biaya yang lebih efektif.

Lagarde menekankan sistem keuangan harus diperdalam untuk melindungi volatilitas. “Ini juga berarti waspada untuk sumber-sumber baru resiko sistemik seperti shadow banking,” kata Lagarde di Bank Indonesia, Rabu, 2 September 2015.

Kedua, adalah soal integrasi. Ia mengatakan Asia telah membuat langkah besar dalam menciptakan hubungan perdagangan regional yang telah memacu vitalitas ekonomi. Wilayah ini telah menempatkan dirinya di tengah rantai nilai global. Sekarang waktunya untuk menyuntikkan vitalitas yang sama ke dalam hubungan keuangan daerah. Hal ini dilakukan untuk mengatasi warisan pasar terfragmentasi dan membangun lebih sinergi antar lembaga keuangan dan pasar modal.

Integrasi keuangan yang lebih besar dapat menciptakan pasar modal yang lebih besar dan lebih likuid yang mengurangi biaya modal. Hal ini dapat memajukan perdagangan intra-regional. Masyarakat Ekonomi ASEAN yang diusulkan merupakan langkah penting dengan panggilan untuk peraturan harmonis dan koordinasi kebijakan yang lebih besar.

Selanjutnya, menurut Lagarde, adalah tantangan dalam sektor infrastruktur. Lagarde menyebut ini adalah kunci untuk masa depan Asia. Untuk ekonomi perbatasan, perbaikan jalan, kereta api, dan pelabuhan, dan pasokan baru dari air dan listrik akan membangun blok pembangunan.

Untuk pasar negara berkembang, kota layak huni dengan transportasi umum yang layak dan jaringan teknologi informasi canggih dapat membantu menghindari middle income trap.

Bank Pembangunan Asia memperkirakan bahwa kebutuhan infrastruktur di Asia akan mencapai US$ 8,3 triliun selama dekade berikutnya. “Hal ini memerlukan dana pemerintah yang cukup besar, sehingga langkah pertama adalah lebih dan lebih baik targetkan investasi publik,” kata Lagarde.

Dengan kata lain, menurut dia, belanja infrastruktur yang efisien akan memperkuat fiskal kebijakan. “IMF dapat membantu dengan perencanaan yang matang, kontrol pengeluaran yang efektif, dan peningkatan mobilisasi penerimaan pajak,” kata Lagarde.

Namun, Lagarde mengatakan, uang dari anggaran pemerintah saja tak cukup. Infrastruktur juga membutuhkan pasar modal untuk menyediakan sumber-sumber baru dari swasta.

Investasi swasta ini tidak berlaku untuk infrastruktur saja. Maka, harus dibangun di atas dasar lingkungan bisnis yang menarik. Itu berarti pemerintahan harus merancang dengan baik dan transparan peraturan ditingkatkan dan intoleransi korupsi.

“Hal ini dapat memperkuat harapan bahwa risiko dan pengembalian akan dapat mencapai keseimbangan yang tepat,” kata dia.

Terakhir, adalah tantangan untuk inklusifitas. Lagarde mengatakan hampir 350 juta orang Asia masih hidup dalam kemiskinan. Kebanyakan tidak memiliki rekening bank. Banyak perusahaan mengalami kesulitan mengakses pinjaman bank dan modal investasi. Banyak yang hidup di pasar negara berkembang, tetapi bukan bagian dari kemakmuran itu.

“Inklusi keuangan tidak hanya soal produk atau peraturan,” kata dia. Namun, dapat meningkatkan mata pencaharian dan mengurangi kemiskinan.

Inklusifitas, Lagarde menambahkan, adalah penyediaan layanan dan penciptaan kesempatan. Rendahnya tingkat inklusi keuangan di banyak negara merupakan hambatan bagi kesuksesan Asia.

TRI ARTINING PUTRI

Berita terkait

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

4 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

11 hari lalu

Imbas Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Indonesia

Serangan balasan Iran terhadap Israel meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah. Ketegangan ini menambah beban baru bagi ekonomi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Dampak Serangan Houthi, Volume Perdagangan Lewat Terusan Suez Anjlok hingga 50 Persen

51 hari lalu

Dampak Serangan Houthi, Volume Perdagangan Lewat Terusan Suez Anjlok hingga 50 Persen

Volume perdagangan lewat Terusan Suez turun hingga 50 persen dalam dua bulan pertama 2024 akibat serangan Houthi.

Baca Selengkapnya

Profil Shehbaz Sharif, Dua Kali Pemenang Posisi Perdana Menteri Pakistan

56 hari lalu

Profil Shehbaz Sharif, Dua Kali Pemenang Posisi Perdana Menteri Pakistan

Shehbaz Sharif, yang kembali menjabat perdana menteri Pakistan untuk kedua kali, telah memainkan peran penting dalam menyatukan koalisi yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Setelah Bertemu Para Menkeu, Sri Mulyani Berkunjung ke Pasar dan Museum di Brasil

56 hari lalu

Setelah Bertemu Para Menkeu, Sri Mulyani Berkunjung ke Pasar dan Museum di Brasil

Menteri Keuangan Sri Mulyani menghabiskan sisa waktunya di So Paulo Brasil dengan mengunjungi museum dan pasar. Begini cerita perjalanannya.

Baca Selengkapnya

Shehbaz Sharif Terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan untuk Kedua Kali

56 hari lalu

Shehbaz Sharif Terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan untuk Kedua Kali

Shehbaz Sharif mengalahkan Omar Ayub dan kembali menduduki posisi Perdana Menteri Pakistan yang ditinggalkannya pada Agustus tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Sebut Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Ketidakpastian Global, Jokowi: Alhamdulillah

28 Februari 2024

Sebut Ekonomi Indonesia Kokoh di Tengah Ketidakpastian Global, Jokowi: Alhamdulillah

Presiden Jokowi mengatakan bahwa perekonomian Indonesia cukup kokoh di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Partai Independen Dukungan Imran Khan Raih Suara Terbanyak dalam Pemilu Pakistan

12 Februari 2024

Partai Independen Dukungan Imran Khan Raih Suara Terbanyak dalam Pemilu Pakistan

Hasil akhir pemilu Pakistan menempatkan partai independen, dukungan mantan PM Imran Khan yang dipenjara, memimpin dengan 93 dari 264 kursi.

Baca Selengkapnya

Pemilu Pakistan Diganggu ISIS, Lima Polisi Tewas di Hari Pemungutan Suara

8 Februari 2024

Pemilu Pakistan Diganggu ISIS, Lima Polisi Tewas di Hari Pemungutan Suara

ISIS mengganggu pemilu Pakistan, sedikitnya lima polisi tewas dalam serangan militan ketika negara itu melakukan pemungutan suara.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5,2 Persen di 2024, Ini Sebabnya

7 Februari 2024

Kemenkeu Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5,2 Persen di 2024, Ini Sebabnya

Kementerian Keuangan memperrkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat pada 2024. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya