TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham Cina kembali dilanda sentimen negatif perlambatan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, sebagian bursa di Asia sudah mulai menguat setelah hari sebelumnya dilanda aksi jual yang menekan indeks saham.
Indeks utama Shanghai Composit pada perdagangan Selasa, 25 Agustus 2015 turun 3,2 persen. Namun dibanding Senin yang anjlok 8,5 persen, indeks Shanghai mampu merangkak naik.
Pada Senin, bursa global didominasi oleh aksi jual dipicu oleh kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi Cina akan mempengaruhi perekonomian dunia. Bank sentral Cina dua pekan lalu terpaksa mendevaluasi mata uang yuan. Ini penanda ekonomi negara itu mendekati krisis.
Negara yang ketergantungan pada produk-produk Cina tentu semakin khawatir dengan memburuknya perekonomian negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia itu. Ini membuat pelaku pasar cemat dan melakukan aksi jual.
Seperti dilansir dari BBC News, Selasa, 25 Agustus 2015, sebagian bursa di Asia justru kembali kepada teritori positif di luar ekspektasi analis sebelumnya. Di bursa Hong Kong, indeks Hang Seng menguat 2,6 persen. Begitu pula dengan bursa Jepang, indeks Nikkei 225 naik tipis 0,7 persen. Indeks Straits Times Singapura juga menguat 1,73 persen. Di sesi siang, IHSG menguat 2 persen.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.