TEMPO.CO , Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebutkan makin terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat disebabkan oleh kondisi ekonomi global.
Penyebab terbesar melemahnya rupiah lantaran kebijakan pemerintah Cina yang menurunkan nilai mata uangnya, yuan. "Ini murni karena ekspektasi yang mungkin agak berlebihan terhadap devaluasi di Cina," kata Bambang di Jakarta, Rabu, 12 Agustus 2015.
Bambang optimistis Bank Indonesia tidak akan tinggal diam. Ia menyatakan sudah berkoordinasi untuk meredam pergerakan rupiah yang makin terpuruk. "BI akan ambil tindakan karena mereka yang bergerak di pasar keuangan," ucapnya.
Ihwal ekspor Indonesia ke Cina, menurut Bambang, sudah sejak jauh hari memang mengalami perlambatan. Salah satunya, menurunnya harga sejumlah komoditas yang menjadi unggulan ekspor Indonesia ke Cina di pasar internasional. "Pelemahan terhadap ekspor sebenarnya sudah terjadi," katanya.
Analis Lucky Bayu Purnomo memprediksi pergerakan rupiah dalam jangka menengah cenderung melemah. Sejak krisis ekonomi 1997, rupiah cenderung menguji angka psikologis selanjutnya. "Angka psikologis yang akan diuji berikutnya di 14 ribu," kata analis dari LBP Enterprises ini.
Rupiah kemarin kembali anjlok 192,5 poin (1,41 persen) ke level 13.799,9 per dolar AS.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
8 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.