Pekerja memotong daging sapi di Rumah Potong Hewan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Makassar - Wakil Ketua Asosiasi Pemotong Ternak Besar Kota Makassar Ahmad Lala mengatakan keinginan pemerintah mengimpor daging sapi guna menyelesaikan masalah kelangkaan daging dan menurunkan harga daging di dalam negeri bukanlah solusi. Sebab, tindakan ini akan membuat pemerintah selalu bergantung pada daging impor.
“Seharusnya pemerintah membina peternak di daerah,” kata Lala kepada Tempo di rumah pemotongan hewan (RPH) Makassar, Selasa, 11 Agustus 2015.
Menurut Lala, pemerintah harus mengajari petani atau peternak cara meningkatkan produksi sapi atau kerbau. Selain itu, pemerintah diharapkan memperbaiki lahan peternakan dan memberikan bantuan modal kepada peternak di daerah. “Agar suplai sapi ke rumah potong juga lebih besar,” kata Lala.
Lala khawatir kegiatan impor daging akan menggusur keberadaan daging lokal. Sebab, harga daging impor cenderung lebih murah. Daging impor cukup menjadi penyeimbang, bukan menjadi sumber utama kebutuhan daging di dalam negeri.
“Jangan lagi terjadi peristiwa seperti tahun 2010. Jumlah daging impor lebih banyak daripada daging lokal,” katanya.
Menurut Lala, kualitas daging lokal lebih baik daripada daging impor. Hal ini bisa dibedakan dari aroma dan daya tahan daging ketika disimpan. “Daging lokal aroma lebih enak dan tahan lama,” kata Lala.
Dia mengatakan setiap hari pengusaha pemotong hewan di RPH Makassar memproduksi rata-rata 7 ton daging. Sementara survei pemerintah menyebutkan kebutuhan daging di Makassar setiap hari sekitar 15 ton. “Jadi kekurangan daging harus dipenuhi dengan impor. Jika pemerintah kembali membuka keran impor seluas-luasnya, bisa mati peternak lokal kita,” kata Lala.