Aktifitas bongkar muat Kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 26 Januari 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO , Jakarta: Presiden Joko Widodo mengungkap kekesalan pelayanan masa bongkar muat (dwelling time) di Tanjung Priok di hadapan para sarjana ekonomi. Dalam acara Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) yang bertema 'Silaturahmi dengan dunia usaha, Presiden menjawab tantangan ekonomi', Jokowi menceritakan kemarahannya saat menangani masalah dweeling time.
Jokowi bercerita pernah secara mendadak mendatangi pelabuhan sore hari. "(Saya) ditunjukkan monitor-monitor , ditunjukkan kesiapan melayani eksportir dan importir. Yang saya tahu barang itu sehari sebelumnya enggak ada, monitor-monitor itu sehari sebelumnya enggak ada. Saya diam-diam," katanya di Jakarta, Kamis, 9 Juli 2015.
Tidak hanya itu, Jokowi juga tak mendapat jawaban saat ingin tahu instansi yang membuat bongkar muat menjadi lama meski dia megulang pertanyaan lebih dari lima kali. "Instansi mana saya tanya, malah cerita yang lain."
"Saya tanya lagi, tidak dijawab lagi. Jawab sajalah, Pak ini, apa Perhubungan apa Bea Cukai, saya hanya ingin memperbaiki. Kalau sudah begini, pasti saya copot, saya enggak bisa menunggu-nunggu."
Menurut Jokowi, penurunan biaya logistik sudah menjadi kebutuhan karena jika tidak kompetitif maka Indonesia kalah dengan negara-negara lain. Dia heran masa bongkar muat berbeda-beda mulai 24 hari hingga 3 hari.
Oleh karena itu Presiden meminta masa bongkar muat sesuai standar. Jokowi menargetkan masa bongkar muat di bawah 5 hari, malah Singapura bisa lebih cepat. Menurut perhitungan pemerintah, ongkos di pelabuhan boros Rp 740 triliun akibat lamanya proses bongkar muat.