Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Tertolong Musim Panen

Reporter

Rabu, 8 Juli 2015 22:01 WIB

Buruh tani mengumpulkan karung gabah basah panen yang akan dibawa menyeberangi Sungai Citarik dari Cimanggung, Sumedang, Jawa Barat, 3 Maret 2015. Harga beras naik sampai 30 persen, dimana pemerintah tidak akan impor karena panen raya akan segera tiba. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Bandung - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Rosmaya Hadi mengatakan, tren pelambatan yang terjadi sejak Triwulan /2015 di JawaBarat diperkirakan bakal tertahan. “Periode Triwulan II/2015 ini masuk musim panen, sehingga inilah yang membantu,” kata dia di Bandung, Rabu, 8 Juli 2015.

Rosmaya mengatakan, musim panen sejumlah komoditas pertanian di Triwulan II/2015 ini menahan tren pelambatan. “Musim panen tahun ini mendorong sektor pertanian yang kemudian menahan pelambatah ekonomi,” kata dia.

Menurut Rosmaya, lembaganya memperkirakan konsumsi dan investasi mulai tumbuh kendati terbatas. “Sementara kinerja ekspor diperkirakan masih terahambat seiring masih rendahnay harga komoditas utama di dunia internasional,” kata dia.

Rosamaya mengatakan, mengikuti tren pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang konsisiten berada di atas rata-rata nasional. “Proyeksi kami pertumbuhan Jawa Barat pada Triwulan II/2015 cenderung meningkat pada kisaran 5 persen sampai 5,4 persen ‘year on year’. Kondisi itu didukung oleh perkiraan meningkatnya konsumsi dan investasi, sejalan dengan meningkatnay realisasi pengeluaran fiskal oleh pemerintah, serta meningkatnya penyaluran kredit perbankan,” kata dia.

Menurut Rosmaya, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat Triwulan I/2015 di level 4,93 persen mengalam pelambatan dibandingkan Triwulan IV/2014 tumbuh 5,4 persen. “Pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2014 adalah 5,06 persen,” kata dia.

Melambatnya ekonomi terjadi secara nasional. “Perlambatan terutama didorong melemahnya kinerja beberapa komponen permintaan domestik seperti konsumsi pemerintah dan investasi pada sektor pembangunan,” kata Rosmaya.

Di Jawa Barat perlambatan terjadi pada komponen investasi mengikuti kinerja industri yang melambat akibat turunnya ekspor manufaktur ke berbagai negara terutama di kawasan Amerika, Eropa, serta Asia. “Dari sisi sektoral perlambatan pada sektor utama di Jawa Barat terjadi pada jenis usaha perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, serta konstruksi,” kata Rosmaya.

Badan Pusat Statistik memperkirakan produksi padi tahun 2015 ini meningkat 3,21 persen melihat realisai tanaman produksi padi hingga April ini. Produksi padi tahun ini ditaksir 12,01 juta ton gabah kering giling, atau setara 7,5 ton beras. “Tapi produksi 2015 belum bisa mendekati produksi tahun 2013 yagn menghasiolkan 12,08 juta ton gabah kering giling,” kata Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Jawa Barat Ruslan di kantornya, Bandung, Rabu, 1 Juli 2015.

Menurut Ruslan, taksiran itu bisa berubah mengingat sejumlah sentra produksi padi Jawa Barat di wilayah pantai utara saat ini mulai mengalami kekeringan. “Beberapa wilayah mulai kekeringan seperti Subangi, Indramayu, saat ini sedang tetap berupaya menanam dengan penyediaan pompa, mudah-mudahan estimasi ini bisa meningkat, paling tidak dibandingkan tahun 2014,” kata dia.

Realisasi luas tanam padi tahun ini hingga April sudah menembus 789 ribu hektare. Luasan lahan itu lebih besar dibandingkan luas lahan di periode yang sama 2014 yang hanya 771 ribu hektare, tapi masih belum bisa melampaui luas tanam di periode sama tahun 2013 yakni 847 ribu hektare.
BPS mengumumkan angka tetap produksi padi Jawa Barat tahun 2014 sebesar 11,644 juta ton gabah kering giling, setara 7,3 juta ton beras. “Dibandingkan dengan 2013 mengalami penurunan 3,63 persen,” kata dia

BPS mencatat sepanjang 2014 luas tanam padi di Jawa Barat 1,98 juta hektare, turun 2,47 persen dibandingkan luas tanam tahun 2013 yang menembus 2,02 juta hektare. Produktivitas padi juga turun 1,19 persen.

AHMAD FIKRI

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

7 jam lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

8 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

21 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya