Bursa Cina Terpuruk, Analis: Ini Black Wednesday

Reporter

Rabu, 8 Juli 2015 17:40 WIB

Sebuah layar berisi informasi saham terlihat terpasang di atas para investor di Wuhan, Hubei, Cina (4/1). REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Beijing - Aksi jual di bursa utama Cina masih berlanjut meski pemerintah Negeri Tirai Bambu telah berupaya meredam gejolak pasar itu. Aksi jual yang terus berlanjut sejak Juni lalu semakin memicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap nasib bursa Cina.

Indeks komposit Shanghai anjlok 8 persen pada sesi pembukaan pasar, Rabu, 8 Juli 2015. Sejak Juni, indeks Shanghai telah anjlok 30 persen.

Sekitar 500 emiten memutuskan menghentikan perdagangan untuk menghindari kerugian yang lebih besar lagi. Ini menambah panjang deretan perusahaan yang tak lagi aktif bertransaksi di lantai bursa.

Sebelumnya, lebih dari 1.300 emiten menghentikan perdagangan. Angka ini lebih dari separuh perusahaan publik yang tercatat di bursa utama Cina. Pemerintah Cina telah berupaya mengaktifkan kembali lantai bursa dengan membeli saham emiten berkapitalisasi besar.

Chris Weston, analis dari IG, menyebut aksi jual besar-besaran (panic selling) pada Rabu ini sebagai "Black Wednesday". "Ini untuk pertama kalinya China Insurance Regulatory Commission mengakui ada panic selling besar-besaran," kata Weston seperti dilansir dari BBC.

Menurut Weston, ada tiga faktor utama penyebab panic selling besar-besaran. Pertama, adanya intervensi pemerintah. Upaya pemerintah meredam panic selling justru semakin mendorong pelaku pasar melakukan aksi jual lebih besar lagi.

Penerbitan saham baru telah dihentikan. Pemerintah Cina juga menyediakan likuiditas yang cukup untuk menjaga pasar. "Tapi kenapa aksi jual besar-besaran masih terus berlangsung?" ujar Weston.

Faktor kedua, 80 persen pemain bursa adalah investor kecil. Mereka ini mudah rapuh. Sedikit saja guncangan mempengaruhi investasi. "Ketika pasar mulai dilanda aksi jual, mereka pun takut dan ingin keluar," kata Weston.

Faktor ketiga yakni aksi ambil untung (profit taking). Aksi ambil untung itu banyak dilakukan oleh investor jangka panjang. Setelah tahun bursa saham menggeliat, mereka melakukan profit taking untuk mengantisipasi kerugian.

BBC NEWS|SETIAWAN ADIWIJAYA

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

6 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

11 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

43 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

7 Oktober 2023

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya