Pasar Tembakau Terbatas, Cerutu Taru Martani Merugi  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Senin, 29 Juni 2015 18:32 WIB

Tumpukan cerutu panjang di pabrik pembuatan cerutu Bobbin Kebon Kertosari, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X, Jember, 16 Agustus 2014. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pendapatan perusahaan milik Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Taru Martani, merosot tajam. Dari sebesar Rp 682,9 juta pada tahun 2013, pabrik cerutu itu hanya mampu menyumbangkan Rp 40,4 juta pada pendapatan daerah di tahun 2014.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X mengatakan pendapatan dari Taru Martani pada 2014 itu bahkan lebih rendah dibandingkan angka yang ditargetkan sebesar Rp 88,4 juta. Penurunan yang tajam itu dinilai karena kondisi pasar cerutu dunia. “Disebabkan adanya kebijakan pembatasan masuknya cerutu di negara-negara ekspor,” katanya dalam sidang paripurna di DPRD DIY, Senin, 29 Juni 2015.

Untuk mempertahankan perusahaan itu, menurut Sultan, core business Taru Martani perlu ditingkatkan agar tak terbatas pada produk tembakau saja.

Laman resmi Dinas Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat, Taru Martani merupakan perusahaan berdiri sejak 1918. Pabrik cerutu ini telah menghasilkan setidaknya 14 jenis cerutu yang telah dikenal dunia. Dari Cigarillos/Treasure, Extra Cigarillos, Senoritas, Panatella, Slim Panatella, Corona, Perfecto, hingga Rothsschild. Taru Martani juga memproduksi tiga formulasi campuran cerutu. Natural Cigar, Flavour Cigar, dan Mild Cigar.

Bahan baku cerutu Taru Martani didatangkan dari tembakau di Besuki, Jawa Timur. Tembakau ini dikenal memiliki cita rasa tembakau yang menonjol dengan warna cokelat kehitaman.

Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPRD DIY Arief Budiono mengatakan produk berbahan tembakau terus tersudut di pasaran. Kebijakan pengurangan konsumsi produk tembakau kini berlaku di banyak negara. “Tak hanya di Indonesia tapi seluruh dunia,” katanya.

Menurut dia, pemerintah harus mengevaluasi kembali perusahaan daerah ini. Jika perusahaan ini tetap dipertahankan dengan produk lama, cerutu, besar kemungkinan akan sulit berkembang. Padahal, sambung dia, modal yang ditanamkan pemerintah di perusahaan itu pada tahun lalu mencapai Rp 15 miliar.

Arief mengusulkan, pemerintah harus mulai mencari alternatif jenis produk lain di Taru Martani. Sayangnya, hingga kini alternatif produk non-tembakau itu belum terpastikan hingga kini. Yang jelas, “Tidak semata-mata produk berbahan tembakau saja,” katanya.

ANANG ZAKARIA

Berita terkait

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

2 hari lalu

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

Polisi menangkap perempuan berinisial SJ alias Ceria, 43 tahun, karena menjual narkotika jenis sabu.

Baca Selengkapnya

Operator Kereta Deutsche Bahn di Jerman Akan Melarang Merokok Ganja di Area Stasiun

6 hari lalu

Operator Kereta Deutsche Bahn di Jerman Akan Melarang Merokok Ganja di Area Stasiun

Operator kereta di Jerman Deutsche Bahn (DB) mengumumkan melarang merokok ganja di area-area stasiun per 1 Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

7 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

8 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

11 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Tersinggung Tak Diberi Utang, Pemuda di Kembangan Bakar Warung Rokok

21 hari lalu

Tersinggung Tak Diberi Utang, Pemuda di Kembangan Bakar Warung Rokok

Tersinggung tak boleh utang rokok, pelaku membakar warung dengan melempar botol bensin dan tisu yang telah dibakar.

Baca Selengkapnya

Pria di Medan Bunuh Ibu Kandung Gara-gara Kesal Diomeli karena Minta Uang Rokok

25 hari lalu

Pria di Medan Bunuh Ibu Kandung Gara-gara Kesal Diomeli karena Minta Uang Rokok

Wem Pratama, 33 tahun, warga Jalan Tuba 3, Kota Medan, membunuh ibu kandungnya, Megawati, 55 tahun dengan memukul dan menggorok leher.

Baca Selengkapnya

Spesialis Jantung: Hasil Pemeriksaan Medis Baik Tak Jamin Perokok Sehat

36 hari lalu

Spesialis Jantung: Hasil Pemeriksaan Medis Baik Tak Jamin Perokok Sehat

Hasil pemeriksaan medis yang baik tak menjamin perokok sehat. Untuk memastikan kesehatan perokok satu-satunya jalan adalah total berhenti merokok.

Baca Selengkapnya

Selandia Baru Larang Rokok Elektrik Sekali Pakai

39 hari lalu

Selandia Baru Larang Rokok Elektrik Sekali Pakai

Selandia Baru akan akan melarang penjualan rokok elektrik sekali pakai untuk menurunkan angka perokok usia muda.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

47 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya