Bank Swasta Ramai-ramai Pangkas Bunga untuk Naikkan Kredit

Reporter

Jumat, 12 Juni 2015 14:33 WIB

Ilustrasi uang rupiah. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah bank swasta menurunkan tingkat bunga kredit guna meningkatkan permintaan kredit konsumsi di tengah situasi ekonomi yang melambat.

Lani Darmawan, Direktur Perbankan Retail PT Bank Internasional Indonesia Tbk, mengatakan perseroan telah menurunkan bunga kredit terutama untuk kredit pemilikan rumah (KPR). "Demand secara nasional memang turun, penjualan mortgage dan auto juga turun, tapi buat BII tetap ada ruang karena sales tetap besar," ujarnya di Jakarta, Kamis, 11 Juni 2015.

Berdasarkan publikasi suku bunga dasar kredit (SBDK) BII per 27 Mei 2015, tingkat SBDK KPR mencapai 10,75 persen, sedangkan non-KPR mencapai 11,5 persen. Dibandingkan dengan SBDK per Desember 2014, SBDK KPR turun 100 basis poin, sedangkan untuk SBDK non-KPR tidak mengalami perubahan.

Lani mengatakan, hingga akhir 2015, outstanding kredit konsumsi BII diharapkan bisa tumbuh 10 persen, sedangkan khusus untuk KPR diharapkan tumbuh sebesar 15 persen. Dia menyebutkan lini bisnis KPR akan menjadi lokomotif pertumbuhan pada segmen konsumen, terlebih jika regulator mulai merealisasikan pelonggaran kebijakan loan to value.

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bulan ini berencana melonggarkan loan to value untuk KPR dan menurunkan uang muka untuk kredit kendaraan bermotor. LTV untuk KPR akan dinaikkan menjadi sekitar 10 persen sehingga uang muka KPR pun turun 10 persen.

"Saya rasa akan membantu karena kemampuan masyarakat juga bertambah," kata Lani.

Per Maret 2015, total outstanding kredit konsumsi BII mencapai Rp 42,1 triliun, tumbuh 17,8 persen secara tahunan. Portofolio terbesar disumbang KKB sebanyak Rp 21,9 triliun atau 52 persen dari total kredit konsumsi. Adapun portofolio KPR tumbuh paling tinggi sebesar 17,8 persen dan menyumbang 39 persen terhadap total portofolio kredit konsumsi BII.

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, mengatakan perseroan juga terus berupaya menggenjot permintaan dengan menurunkan tingkat bunga di dua lini bisnis utama, yakni kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB).

"KPR kami sudah turunkan jadi 8,8 persen dan 9,9 persen untuk lima tahun. Peminatnya luar biasa sehingga kami extend hingga Juni," tutur Jahja.

Hingga akhir tahun, BCA berharap penyaluran kredit konsumen bisa tumuh 10 persen. Adapun per Maret 2015, portofolio kredit konsumen BCA tumbuh 5,6 persen menjadi Rp 92 triliun. Jahja mengatakan BCA perlu menggenjot ekspansi lebih besar untuk terus tumbuh. Sebab, pada segmen konsumen, setiap bulan ada pembayaran angsuran yang cukup signifikan.

BISNIS.COM



Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

1 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

5 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

5 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

5 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

6 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

6 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya