Andrinof: Syarat Pinjaman Bank Dunia Sekarang Lebih Ringan  

Reporter

Minggu, 24 Mei 2015 15:56 WIB

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas, Andrinof Chaniago (kiri) dan Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi (tengah) melihat miniatur pesawat dalam pameran Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) sebagai bagian dari rangkaian acara Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, 19 April 2015. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Padang - Pemerintah Indonesia masih bergantung pada Bank Dunia. Meskipun Presiden Joko Widodo mengajak negara-negara di dunia tidak bergantung pada lembaga donor dalam pidato peringatan Konferensi Asia-Afrika, April lalu.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago mengatakan bunyi pidato Presiden Jokowi itu jangan hanya bergantung pada Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia (World Bank), dan Bank Pembangunan Asia (ADB).

"(Bunyinya) jangan hanya," ujarnya saat berada di Kota Padang, Sumatera Barat, Sabtu, 23 Mei 2015.

Maka, ucap Andrinof, pemerintah Indonesia mencari dari berbagai sumber lain. Maksudnya, agar Bank Dunia tidak memberikan syarat yang berat seperti dulu. "Sekarang kita bebas menggunakan dana itu sendiri," tuturnya.

Di antara persyaratan yang telah berubah itu adalah tidak harus membayar 40 persen untuk konsultan asing atau konsultan yang ditunjuk Bank Dunia. Kriteria proyek juga sudah ditentukan sendiri. Lalu pembebasan lahan tak harus mengikuti prosedur Bank Dunia dan konsultannya.

"Dulu syaratnya terlalu mencampuri. Sekarang enggak lagi," katanya.

Sebelumnya, Bank Dunia berencana menggelontorkan pinjaman baru sebanyak US$ 11 miliar atau setara Rp 114,83 triliun untuk Indonesia hingga tiga-empat tahun mendatang. Dari rencana itu, US$ 8 miliar berasal dari International Bank for Reconstruction and Development (IBRD).

Sisanya, sebesar US$ 3 miliar, berasal dari International Finance Corporation (IFC) dan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA). Pinjaman dari IBRD itu berarti naik 25 persen dari periode keempat tahun lalu.

Menurut Andrinof, Bank Dunia memberikan pinjaman murah. "Masa tenggang pengembaliannya lama. Masa tenggang bebas cicilan cukup panjang. Bisa delapan tahun dan bunganya murah," ujarnya. Syarat pinjaman ini, ucap dia, lebih baik daripada menjual surat utang.

ANDRI EL FARUQI

Berita terkait

Penurunan Angka Kemiskinan Rendah ketika Pertumbuhan Ekonomi Tinggi, Bappenas: Ada Disrupsi Ekonomi

8 Februari 2023

Penurunan Angka Kemiskinan Rendah ketika Pertumbuhan Ekonomi Tinggi, Bappenas: Ada Disrupsi Ekonomi

Kepala Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa membuka penyebab rendahnya penurunan angka kemiskinan di tengah pertumbuhan ekonomi

Baca Selengkapnya

ASPEKSINDO: Perencanaan Pembangunan Nasional Masih Berbasis Darat

25 Oktober 2022

ASPEKSINDO: Perencanaan Pembangunan Nasional Masih Berbasis Darat

RUU Daerah Kepulauan ini sangat strategis dalam membangun daerah berciri kepulauan dan pesisir.

Baca Selengkapnya

Mengelola Utang Negara Melalui Pinjaman dan Hibah

22 Oktober 2022

Mengelola Utang Negara Melalui Pinjaman dan Hibah

Pemanfaatan utang negara yang produktif serta sumber pembiayaan yang efisien dan berisiko rendah akan meringankan beban generasi mendatang.

Baca Selengkapnya

Nasib Gedung Bappenas di Jakarta Setelah Ibu Kota Negara Pindah ke Kalimantan

29 April 2022

Nasib Gedung Bappenas di Jakarta Setelah Ibu Kota Negara Pindah ke Kalimantan

Pemerintah memikirkan nasib bangunan pemerintah setelah ibu kota negara pindah ke Penajam Paser Utara. Sudah ada gambaran tentang gedung Bappenas.

Baca Selengkapnya

BRIN Buka Peluang Kerja Sama Riset dengan Lembaga Independen

21 Februari 2022

BRIN Buka Peluang Kerja Sama Riset dengan Lembaga Independen

BRIN tengah mencari cara melembagakan bentuk kerja sama dengan LRI seperti yang telah dilakukan dengan sejumlah universitas.

Baca Selengkapnya

Peran Lembaga Riset Independen Dorong Kebijakan Inklusif

21 Februari 2022

Peran Lembaga Riset Independen Dorong Kebijakan Inklusif

Lembaga riset independen melakukan riset hingga dapat menghasilkan produk pengetahuan, lalu mengadvokasi kepada lembaga pemerintahan agar dapat mendorong pada hasil kebijakan yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Mewujudkan Ekonomi Biru melalui Inovasi Pendanaan

23 Desember 2021

Mewujudkan Ekonomi Biru melalui Inovasi Pendanaan

Konsolidasi melibatkan berbagai kementerian dan lembaga untuk menyiapkan pendanaan biru sehingga dapat memperoleh blue bond.

Baca Selengkapnya

Mengulas Swakelola Tipe III antara Pemerintah dan Ormas

23 November 2021

Mengulas Swakelola Tipe III antara Pemerintah dan Ormas

Swakelola Tipe III baru berjalan sejak 2018. Masih banyak pihak ormas dan pemerintah yang belum memahaminya. Sosialisasi penggunaan dan manfaat patut digencarkan.

Baca Selengkapnya

Integrasi Risiko Dalam Investasi Kelautan dan Perikanan

16 Juli 2021

Integrasi Risiko Dalam Investasi Kelautan dan Perikanan

Setiap bentuk investasi bidang perikanan, pesisir dan laut harus berbasis kemampuan daya dukung, kemampuan resilience ekosistem dan berdampak luas bagi ekonomi masyarakat

Baca Selengkapnya

Harmonisasi Pembangunan Kelautan Dan Perikanan

15 Juli 2021

Harmonisasi Pembangunan Kelautan Dan Perikanan

Ada tiga isu yang sangat strategis yakni harmonisasi kewenangan dan kordinasi pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, serta harmonisasi Rencana Pengelolaan Perikanan setiap WPP.

Baca Selengkapnya