TEMPO.CO, Tokyo - Perusahaan-perusahaan eksportir raksasa di Jepang, sepakat menaikkan upah karyawannya. Keputusan ini dilakukan untuk mendukung program pemerintah mengurangi deflasi dan pelemahan akselerasi pertumbuhan selama dua tahun terakhir.
Program stimulus Perdana Menteri Shinzo Abe dan pelemahan yen membuat para eksportir mendapatkan profit besar dan mendongkrak peredaran uang kas. Limpahan uang kas diyakini menjadi stimulan untuk mendorong inflasi.
Produsen mobil Toyota berencana menaikkan upah sebesar 4 ribu yen (sekitar Rp 435 ribu) yang menjadi rekor tertinggi kenaikan selama sepuluh tahun terakhir. Sedangkan rata-rata perusahaan besar menaikkan upah sebesar 3 ribu ten. “Tapi, pelemahan yen ini merugikan perusahaan yang bermarkas di luar Tokyo,” ujar Kepala Ekonom dari Japan Research Institute Hisashi Yamada seperti yang dilansir Reuters.
Menurutnya, pelemahan ini menyebabkan pajak penjualan otomatis naik 8 persen dari 5 persen pada tahun lalu. Indeks konsumsi masyarakat, ujar Yamada, menurun, sehingga memaksa produsen memangkas harga jual.
Selain itu, pelemahan yen juga berdampak pada importir. Ongkos impor yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan impor, terutama kelas menengah ke bawah, tak sanggup menaikkan upah.
REUTERS | ANDI RUSLI
Berita terkait
Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian
15 Desember 2023
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient
21 Oktober 2022
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.
Baca SelengkapnyaAncaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan
28 September 2022
Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.
Baca SelengkapnyaEkonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan
17 Februari 2020
Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah
24 September 2019
Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.
Baca SelengkapnyaCore: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat
30 Juli 2019
Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.
Baca SelengkapnyaIMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen
10 April 2019
IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.
Baca SelengkapnyaJokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI
27 Agustus 2018
Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia
17 Juli 2018
Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.
Baca SelengkapnyaKetua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019
12 Juni 2018
IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.
Baca Selengkapnya