Pemerintah Pro Pertumbuhan, Pasar Saham Bergairah

Senin, 2 Maret 2015 22:00 WIB

TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan ekonomi diperkirakan bakal mendongkrak kinerja emiten di bursa saham.

Analis PT Daewoo Securities Indonesia, Renaldi Effendy, mengatakan bulan Maret 2015 akan menjadi bulan yang bergairah bagi bursa saham. "Dinamika kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sejak awal tahun menjadi pertimbangan pasar untuk mengoleksi saham."

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia periode 2 Januari-27 Februari telah menguat 4,3 persen. IHSG bahkan terus mencetak rekor tertingginya di kisaran 5.450-5.470. Sepanjang periode tersebut, total dana asing yang masuk ke bursa saham lokal telah mencapai Rp 10,7 triliun.

Menurut Renaldi, berikut beberapa alasan yang mendukung peluang penguatan IHSG pada bulan ini. Pertama adalah penurunan harga semen untuk pasar retail sebesar Rp 3 ribu per sak. "Penurunan harga semen bisa mengurangi tekanan inflasi dan meningkatkan gairah pada sektor properti."

Kedua adalah efek pemangkasan suku bunga bank sentral. Bank Indonesia telah memangkas suku bunga 25 basis point ke 7,5 persen, disusul suku bunga fasilitas deposito sebesar 25 basis point ke level 5,5 persen.

Ketiga yaitu disahkannya APBN Perubahan oleh DPR. Dalam anggaran pemerintah, belanja sektor infrastruktur tahun 2015 adalah sebesar Rp 290,3 triliun atau meningkat 52 persen dibanding tahun sebelumnya. "Strategi mendorong pertumbuhan lewat stimulus infrastruktur akan membuat ekonomi lebih atraktif," kata Renaldi.

Ia menyarankan pelaku pasar untuk memperhatikan emiten-emiten yang terkait dengan kebijakan di atas. Untuk perbankan, andalannya adalah saham Bank BRI dan Bank BNI. Di sektor barang konsumsi, saham Gudang Garam (GGRM) dan Indofood Sukses Makmur (INDF) bisa diperhatikan.

"Jangan lewatkan saham PT Pembangunan Perumahan (PTPP) dan Bumi Serpong Damai (BSDE) di sektor konstruksi dan properti," ujar Renaldi.

Analis PT First Asia Capital, Ivan Kurniawan, mengatakan data manufaktur Cina yang tumbuh di atas zona kontraksi juga berpeluang mendorong gerak IHSG, terutama pada saham-saham komoditas. "Saham batubara dan CPO akan mendapatkan efek positif dari bangkitnya ekonomi Cina."

Cina merupakan mitra dagang pasar komoditas Indonesia. Perbaikan ekonomi Cina diharapkan mampu mendorong permintaan ekspor. Di sisi lain, melambatnya inflasi juga akan menimbulkan dorongan pada saham berbasis konsumsi dan retail.

Meski demikian, Ivan mengatakan momentum positif ini hanya berlangsung sementara karena investor masih menghadapi pelemahan kurs rupiah. Kurs rupiah ditransaksikan semakin mendekati level 13 ribu per dolar. "Kondisi ini bisa mengganjal IHSG karena pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh impor bahan baku," kata Ivan.

M. AZHAR

Berita terkait

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif baDiperdagangkan

20 menit lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif baDiperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

4 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

4 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

4 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

7 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

10 hari lalu

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Baca Selengkapnya

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

10 hari lalu

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

Pasca-serangan Iran ke Israel, perekonomian Asia ditengarai melemah diikuti dengan beragam fenomena yang terjadi. Bagaimana dampak bagi Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, OJK Beberkan Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

11 hari lalu

Timur Tengah Memanas, OJK Beberkan Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

OJK membeberkan dampak memanasnya konflik di Timur Tengah kinerja intermediasi dan stabilitas sistem keuangan nasional.

Baca Selengkapnya

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

12 hari lalu

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

Ketegangan situasi geopolitik Timur Tengah dapat berdampak kepada Indonesia di berbagai indikator ekonomi.

Baca Selengkapnya