EKSKLUSIF: Menteri Susi Tolak Lobi Bebaskan Kapal

Reporter

Editor

Kurniawan

Kamis, 26 Februari 2015 03:49 WIB

MV. Hai Fa. stasiunpsdkptual.org

TEMPO.CO , Jakarta: Sejak Susi menjadi menteri, moratorium perizinan kapal perikanan buatan luar negeri ditegakkan. Akubatnya beberapa kapal asing ditangkap di perairan Indonesia.

Salah satunya adalah kapal MV Hai Fa. Seluruh awak kapal di kapal penampung ikan berbendera Indonesia ini ternyata adalah warga negara Tiongkok. Kapal itu disita dan para awak kapal pun ditangkap.

Cina pun bergerak. Duta Besar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing Sugeng Rahardjo dipanggil ke Kantor Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat Cina pada akhir Desember lalu.

Pemerintah Cina secara khusus meminta kepada Indonesia agar diberi akses kepada 78 anak buah kapal asal Cina yang ditangkap bersamaan dengan lima kapal milik Sino Indonesia Shunlida Fishing dan kapal pengangkut ikan MV Hai Fa.

Menurut sumber yang ikut dalam pertemuan itu, pemerintah Cina bahkan secara khusus meminta agar kapal-kapal yang ditangkap tidak diledakkan. "Mereka berharap bisa ditebus dan dikenakan denda saja," kata sumber tadi saat ditemui Tempo di Beijing, awal Februari lalu.

Atas permintaan itu, Sugeng Rahardjo mengatakan akan memperlakukan anak buah kapal asal Cina itu sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. "Kapal-kapal yang ditangkap juga akan diproses sesuai mekanisme dan aturan hukum di negara kami," kata sumber tadi, menirukan pernyataan Sugeng dalam pertemuan singkat tersebut.

Menurut sumber tadi, keinginan Cina mengintervensi kebijakan Indonesia tidak bisa diterima. Sebab, meski melibatkan anak buah kapal asal Cina, saat ditangkap kapal-kapal itu semuanya berbendera Indonesia. "Artinya, kapal itu milik Indonesia dan pemerintah Cina tidak perlu ikut campur," kata dia.

Tidak puas atas respons KBRI, Kementerian Pertanian Cina, yang membawahi sektor perikanan dan kelautan, mengirim tim khusus ke Indonesia untuk menemui Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Beranggotakan enam orang, tim khusus dikirim ke Jakarta tanpa koordinasi dengan KBRI di Beijing maupun Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Selain membicarakan soal penangkapan kapal ikan, mereka juga ingin membahas lebih rinci mengenai moratorium yang diberlakukan oleh Menteri Susi sejak awal November lalu. Sebab, moratorium perizinan kapal eks-asing itu memutus kontrak kerjasama di bidang perikanan dan kelautan yang ditandatangani Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober 2013. "Tapi saya tidak mau menemui mereka," kata Susi saat ditemui di komplek rumah menteri Widya Chandra, beberapa hari lalu.

Tak mau datang ke Jakarta dengan tangan hampa, enam utusan pemerintah Cina tersebut akhirnya menemui Tomy Winata di Hotel Borobudur, Jakarta. Menurut Susi, mereka bermaksud meminta bantuan bos Artha Graha itu agar bisa dipertemukan dengan dirinya sekaligus melobi agar kapal-kapal yang ditangkap tidak ditenggelamkan. Tapi, upaya mereka mentok di tengah jalan. "Saya justru mendukung sepenuhnya kebijakan Menteri Susi," kata Tomy kepada Tempo.

Atase Ekonomi KBRI di Beijing, Freddy Sirait, mengatakan, sikap reaktif Tiongkok menghadapi kebijakan kelautan dan perikanan Indonesia bisa dipahami. Soalnya, sektor perikanan dan kelautan negara itu banyak bertumpu pada laut Indonesia.

Kapal MV Hai Fa ditangkap pemerintah di perairan Wanam, Kabupaten Merauke, akhir Desember lalu. Menurut Susi, kapal berbobot 4.306 gross tonnage ini merupakan kapal ilegal terbesar dalam sejarah yang pernah ditangkap di laut Indonesia. Saat ditangkap, kapal ini mengangkut 80 ton ikan beku, 800 ton udang beku, dan 66 ton ikan hiu martil dan hiu koboi.

Kapal ini dicurigai terlibat persekongkolan untuk mengekspor ikan secara ilegal melalui kerjasama antara PT Antarticha Segara Lines, pemilik kapal, dengan PT Avona Mina Lestari di Avona, pemilik ikan, dan PT Dwikarya Reksa Abadi di Wanam, yang mengajukan rencana ekspor. Seluruh muatan kapal rencananya akan dikirim ke Cina.

Adapun delapan kapal Sino ditangkap awal Oktober lalu. Saat itu Stasiun Pengawasan Tual memergoki PT Maritim Timur Jaya, perusahaan milik Tomy Winata, menampung ikan hasil tangkapan delapan armada PT Sino Indonesia Sunlida Fishing. Padahal, pangkalan Sino ada di Merauke dan peraturan melarang kapal ikan membongkar muatan di luar pangkalannya.

TIM INVESTIGASI TEMPO

Berita terkait

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

3 hari lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

6 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

24 hari lalu

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan buka pendaftaran peserta didik 2024. Cek di sini caranya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

37 hari lalu

Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

Berita terpopuler bisnis pada Senin, 25 Maret 2024, dimulai dari respons Sri Mulyani Indrawati soal ramai pembahasan barang bawaan ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

38 hari lalu

Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

Berita terkini: Berapa nilai THR yang diterima Jokowi dan Ma'ruf Amin? Kisah Sri Mulyani saat dirayu Susi Pudjiastuti untuk pulang ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

38 hari lalu

Cerita Sri Mulyani Dibujuk Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia Menjadi Menkeu

Sri Mulyani bercerita pertemuan dia dengan Susi Pudjiastuti yang membujuknya pulang ke Indonesia menjadi Menteri Keuangan.

Baca Selengkapnya

Produksi Garam Nasional Lampaui Target

28 Februari 2024

Produksi Garam Nasional Lampaui Target

Produksi terbesar diperoleh dari sektor produksi garam rakyat yang mencapai 2,2 juta ton,

Baca Selengkapnya

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

18 Februari 2024

Terkini: Wanti-wanti Susi Pudjiastuti soal Makan Siang Gratis Prabowo, Investor Pertanyakan Kelanjutan IKN

Berita terkini bisnis pada siang ini dimulai dari Susi Pudjiastuti yang mengingatkan soal program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

18 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Setuju Subsidi BBM Dialihkan untuk Makan Siang Gratis: Asalkan Anggarannya Tidak Disunat

Melalui kicauannya di media sosial X, Susi Pudjiastuti mengaku lebih setuju subsidi BBM dialihkan untuk makan siang gratis anak-anak di sekolah.

Baca Selengkapnya

Susi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Ekspor Benih Lobster: Ini Program Hulurisasi

8 Februari 2024

Susi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Ekspor Benih Lobster: Ini Program Hulurisasi

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menolak keras rencana pemerintah membuka kembali keran ekspor benih lobster atau benur.

Baca Selengkapnya