TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, 17 Februari 2015, bergerak melemah 11 poin menjadi Rp 12.758 per dolar Amerika Serikat dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 12.747 per dolar AS.
Ekonom dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan mata uang rupiah bergerak stabil setelah neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 710 juta pada Januari 2015.
"Surplus neraca perdagangan Januari 2015 itu dipicu impor yang mampu turun lebih cepat daripada ekspor," ucap Rangga.
Di sisi lain, ujar dia, Bank Indonesia yang sedianya akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) pada hari ini dan diperkirakan tetap di level 7,75 persen dapat menjadi sentimen positif bagi rupiah, meski dibayangi situasi di Eropa terkait dengan kesepakatan program dana talangan Yunani.
Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menjelaskan, dari faktor eksternal, ada ekspektasi akan penyelesaian utang Yunani, saat Komisi Eropa bersama para kreditur internasional terlihat memiliki pandangan dan visi yang sama untuk segera mengakhiri kemelut utang tersebut, yang dapat memberikan sentimen positif pada aset mata uang berisiko, termasuk rupiah.
Selain itu, ujar Reza, adanya harapan akan kemajuan kesepakatan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina menambah sentimen positif bagi mata uang berisiko, sehingga potensi rupiah kembali melanjutkan penguatan terbuka.
Di sisi lain, tutur dia, sentimen positif juga datang dari kembali positifnya pertumbuhan ekonomi Jepang dan kenaikan pertumbuhan Foreign Direct Investment (FDI) Tiongkok uang memberikan angin segar pada pergerakan dua mata uang negara itu.
"Laju positif pada mata uang yen Jepang dan yuan Tiongkok dapat berimbas pada laju rupiah. Meski diharapkan masih ada peluang penguatan, tetap waspadai potensi tekanan," katanya.
ANTARA
Berita terkait
Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain
3 jam lalu
Yusuf Mansyur mengklaim investasi syariah paytren tidak menjadi tempat pencucian uang, dia tidak tergoda dengan uang yang dianggap tidak benar
Baca SelengkapnyaKepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM
1 hari lalu
Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi
2 hari lalu
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.
Baca SelengkapnyaBI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
2 hari lalu
Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen
Baca Selengkapnya6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global
2 hari lalu
Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?
Baca SelengkapnyaSurvei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat
5 hari lalu
Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.
Baca SelengkapnyaPerkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama
7 hari lalu
Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN
9 hari lalu
Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.
Baca SelengkapnyaRamai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara
10 hari lalu
Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai
Baca SelengkapnyaAliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI
10 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.
Baca Selengkapnya