TEMPO.CO, Semarang - Penurunan bahan bakar minyak (BBM) pada awal Januari 2015 lalu dinilai mampu menimbulkan deflasi (penurunan harga barang dan jasa) di Jawa Tengah sebesar 0,35 persen. Efek penurunan harga BMM yang berdampak pada penurunan tarif angkutan dan harga komoditas lainnya dinilai mampu membalikkan arah pengeluaran biaya belanja masyarakat lebih kecil. "Ini berbalik arah dari inflasi pada Desember 2014 yang mencapai 2,25 persen," kata Direktur Eksekutif, Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Iskandar Simorangkir, Rabu, 4 Februari 2015. Jawa Tengah yang mengalami deflasi bulanan sebesar 0,24 persen pada bulan yang sama itu dinilai lebih baik secara nasional. "Deflasi terjadi di seluruh daerah yang menjadi basis penghitungan BI, termasuk di Kota Semarang sebesar 0,48 persen," Iskandar menambahkan.
Survei ekonomi Bank Indonesia menunjukan deflasi juga disumbang oleh komoditas kebutuhan dapur, seperti cabai merah dengan deflasi 0,34 persen dan cabai rawit dengan deflasi 0,08 persen. Sedangkan penyumbang inflasi di Jateng saat ini adalah kenaikan upah minimum kota UMK dan tingginya kebutuhan tenaga kerja.
"Itu tercermin dari inflasi komoditas tukang bukan mandor sebesar 0,05 persen yang menjadi salah satu komoditas utama penyumbang inflasi," kata Iskandar menjelaskan.
Divisi Akses Keuangan, UMKM, dan Komunikasi, Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Hesti Candra Sari, memperkirakan deflasi yang terjadi itu akan terjadi hingga Februari dengan tekanan yang relatif rendah. "Hal ini sejalan dengan sejumlah faktor risiko lebih terkendali," kata Hesti.
Di antara risiko ancaman inflasi yang terkendali itu meliputi cuaca dan curah hujan yang lebih baik sehingga penghasil komoditas pangan dan mampu menjaga pasokan, penyesuaian tarif angkutan, dan harga komoditas.
Namun ia mengingatkan masih ada ancaman inflasi berupa rendahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS. "Risiko terhadap tekanan nilai tukar yang terus melemah di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global masih harus diwaspadai," kata Hesti mengingatkan.