Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan. TEMPO/Frannoto
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan aturan-aturan yang dibuat olehnya menyebabkan beberapa pihak terganggu. Susi bercerita bahwa dirinya mendapat pesan pendek dari seseorang yang ingin menyantetnya.
"Ada yang SMS saya. Katanya, ada yang mau nyantet saya dari Kalimantan. Wong saya baru punya satu cucu," ujar Susi sambil tertawa saat temu koordinasi dengan nakhoda di kantornya, Selasa, 13 Januari 2015. (Baca: MenteriSusi Baru Punya Akun Twitter)
Susi menuturkan ancaman tersebut muncul karena dirinya telah menetapkan aturan pelarangan penangkapan dan ekspor pada kepiting yang sedang bertelur. Padahal, kata Susi, aturan tersebut dapat meningkatkan perkembangbiakan kepiting dan menjaga kelestarian kekayaan laut secara berkelanjutan. (Baca: Selain Unggah Foto, MenteriSusi Cuit Surplus Ikan)
Memang, ujar Susi, harga jual kepiting yang sedang bertelur tinggi. Menurut dia, harganya bisa 100 persen lebih tinggi daripada kepiting biasa. Namun, dengan tidak mengambil kepiting itu, masyarakat bisa menyelamatkan anak-anaknya.
"Anda selamatkan 5.000 anak kepiting dari satu ekor kepiting yang sedang bertelur. Perbedaan harganya memang 100 persen," tuturnya. Harga kepiting tidak bertelur sebesar Rp 50.000, sedangkan bertelur bisa mencapai Rp 100.000.
Masyarakat, kata Susi, perlu mengetahui pentingnya menjaga sumber daya laut berkelanjutan agar dapat dinikmati generasi selanjutnya. "Ini merupakan kebijakan yang seharusnya bisa dipatuhi untuk menyelamatkan anak-cucu kita," ujar Susi.