TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute for Development Economy and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, mengatakan praktek mafia tidak hanya ada di sektor minyak dan gas. Namun juga sektor pangan.
“Tidak hanya migas yang ada mafianya,” ujarnya kepada Tempo, Senin, 8 Desember 2014. Enny menuturkan indikasi adanya mafia di sektor pangan tampak dari harga sejumlah komoditas yang kerap melambung. "Mereka mengendalikan harga di level produsen hingga konsumen." (Harga Daging Sapi dan Elpiji Naik Tak Terkendali)
Mafia di sektor pangan, kata Enny, mendorong terjadinya interlink market atau pasar yang dikuasai oleh satu dan beberapa jaringan yang saling berkaitan. Kekuatan mereka dalam mengendalikan harga dan pasokan tidak mempedulikan nasib petani dan konsumen. “Contoh mafia pangan dalam skala terkecil adalah tengkulak,” ujarnya.
Enny tidak bisa menyebutkan kerugian negara akibat praktek mafia di sektor pangan. Namun dampaknya bisa dilihat dari kesejahteraan petani yang tidak pernah bisa beranjak menjadi lebih baik. (Baca: Lebaran, Harga Daging Ayam dan Sapi Naik)
Menurut Enny, hal penting yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi praktek para mafia adalah membenahi sistem tata niaga agrobisnis. Jangan menggunakan cara lama, yakni bertindak ketika situasi sudah memburuk di bidang pangan.
Enny menyayangkan kekacauan sistem tata niaga pangan yang justru dimanfaatkan sebagian pihak di pemerintahan untuk melakukan impor. “Impor seolah-oleh harus dilakukan, padahal tidak perlu,” katanya.
Menjelang Lebaran, Harga Daging dan Cabai Kian Melonjak
25 hari lalu
Menjelang Lebaran, Harga Daging dan Cabai Kian Melonjak
Menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 2024, sejumlah harga bahan pokok kian melonjak. Per 7 April 2024, Panel Harga Pangan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat mencatat harga daging sapi, daging ayam, cabai, bawang merah, dan bawang putih masih naik.