TEMPO.CO, Surabaya - Direktur Logistik dan Pengembangan PT Kereta Api Candra Purnama menilai Pemerintah Kota Surabaya perlu membebaskan lahan untuk mendukung pengoperasian trem. "Kalau menurut saya, perlu ada pembebasan lahan," kata Candra seusai Workshop Surabaya Mass Rapid Transit Rencana Menuju Implementasi Pengembangan Angkutan Publik Sebagai Moda Transportasi Utama di Surabaya, Rabu, 3 Desember 2014.
Menurut Candra, jalan-jalan di Surabaya tidak terlalu lebar. Bila median jalan digunakan untuk jalur trem, maka lahan jalan hanya tinggal satu di kanan dan kiri. Untuk trem single track, kata dia, setidaknya dibutuhkan lebar jalan 10 meter dan 20 meter untuk double track. (Baca berita lainnya: Risma Diminta Tunda Bangun Trem Surabaya)
"Kalau median jalan diambil, lahannya habis. Tinggal satu untuk mobil," kata Candra. Dia menyarankan agar menggunakan single track, sehingga pembebasan lahan bisa diminimalisasi atau bahkan ditiadakan. "Single track saja, agar pembebasan lahannya tidak banyak."
Selain soal lebar jalan, keberadaan halte juga harus diperhatikan. Dengan sempitnya jalan, halte bakal dibikin minimalis serta diletakkan di tengah. Terminal Joyoboyo yang juga dipastikan akan diambil alih untuk halte. (Baca: Proyek Trem Surabaya Dapat Berkah Kenaikan BBM)
Tentang reaktivasi jalur trem lama, menurut Candra, tidak sulit. Perizinan juga tidak akan terlalu ribet lantaran proyek ini dilaksanakan langsung oleh pemerintah pusat. Namun untuk pelaksanaannya, PT Kereta Api masih harus menunggu detailed engineering design dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya Agus Imam Sonhaji mengatakan belum bisa memastikan akan menggunakan single atau double track. "Besok mau dirapatkan lagi, lebih fleksibel yang mana," ujarnya. Meski begitu, Agus memastikan sebisa mungkin meniadakan pembebasan lahan. Selama ini, biaya terbesar pemerintah dikeluarkan untuk pembebasan lahan. (Baca pula: Risma Ingin Pusat Subsidi Trem Surabaya 50 Persen)