Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersama menteri sebelumnya, Sharif Cicip Sutardjo saat memasuki ruang Serah Terima Jabatan (Sertijab) di Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 29 Oktober 2014. Tempo/M IQBAL ICHSAN
TEMPO.CO, Jakarta - Susi Pudjiastuti, didapuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Padahal selama 33 tahun, Susi berkecimpung di dunia bisnis penerbangan perintis dan perikanan. Dalam memimpin perusahaan, Susi dikenal keras kepala. (Baca: Begini Cara Susi Berantas Illegal Fishing)
Sikap keras kepala dan ngototnya juga terlihat saat diundang ke sebuah acara "Mencari Pemimpin Indonesia", kerja sama TempoInstitute Indonesia dan Bale Pustaka di Universitas Parahyangan, Bandung, Ahad 30 Maret 2014. Di acara itu, Susi membacakan suratnya yang ada dalam buku "Surat dari dan untuk Pemimpin". (Baca: Menteri Susi dan Tato)
Malam hari sebelum acara, Susi mengatakan akan datang menggunakan helikopter pribadi yang terbang dari Halim Perdanakusumah, Jakarta. Dia ingin helikopternya itu mendarat di dekat tempat acara. Panitia kelimpungan karena hanya ada satu helipad yang paling dekat dengan tempat acara, yakni di Lapangan Kodam. Kalaupun bisa menggunakan helipad di situ, mesti mengajukan izin sejak jauh hari. (Baca: Susi Berkeras, Pilot Memelas)
Selain panitia, Susi juga menggunakan jaringannya agar dapat mendaratkan helikopternya di titik terdekat dengan lokasi acara. Akhirnya helikopter pribadi Susi bisa mendarat di Bandara Husein Sastranegara. Namun jarak antara bandara dengan Universitas Parahyangan cukup jauh. (Baca: Susi Doyan Baca Novel Supaya Fasih Bahasa Inggris)
Susi tak hilang akal, dia datang dikawal polisi dengan mobil nguing-nguing menuju lokasi acara. "Tak sampai sepuluh menit, Susi sudah tiba dari bandara ke lokasi acara," kata Mardiyah Chamim yang menjadi panitia acara tersebut. (Baca: Selain Perokok Berat, Menteri Susi Juga Gemar Wine)
Susi kemudian membacakan suratnya. "Menjadi orang dengan pikiran merdeka, itulah saya," katanya. Dengan berpikir merdeka, dia menepis semua ketakutan, kekhawatiran, juga stereotipe bahwa seseorang tak bisa maju karena ini dan itu. "Saya masuk dunia bisnis yang keras," katanya menambahkan. "Tak bisa tidak, saya harus berpikir merdeka. I can only lead if I have free mind," katanya. (Baca: Cara Menteri Susi Relaksasi)