Gonjang-ganjing Politik Ancam Perekonomian RI  

Kamis, 16 Oktober 2014 18:22 WIB

Gambar Kombinasi calon presiden Indonesia Prabowo Subianto di Jakarta, 20 Mei 2014 (kiri) dan Joko "Jokowi" Widodo di Jakarta, 16 Maret 2014. REUTERS/Stringer (kiri) dan Beawiharta

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Katadata Heri Susanto mengatakan panasnya suhu politik saat ini bisa memicu perlambatan ekonomi nasional. "Ongkos ekonomi yang ditanggung hingga lima tahun mendatang sangat mahal jika tersandera oleh kepentingan politis," ujarnya dalam press briefing dengan topik “Ekonomi dalam Ancaman Sandera Politik” di Restoran Warung Daun, Kamis, 16 Oktober 2014.

Dia menjelaskan bahwa panasnya suhu politik yang bakal mengancam pertumbuhan ekonomi itu dapat terjadi jika koalisi Prabowo menguasai parlemen hingga daerah. "Meskipun PPP menyeberang, tak akan mengubah posisi menjadi signifikan 44 persen versus 45 persen," tuturnya. (Baca: Jokowi Umumkan Struktur Kabinet pada 20 Oktober)

Penguasaan kursi DPR saat ini 37 persen dikuasai koalisi Jokowi versus 52 persen dikuasai koalisi Prabowo. Adapun, kata Heri, 28 provinsi sudah dikendalikan oleh koalisi Prabowo.

Menurut perbandingan kekuatan, koalisi Prabowo memiliki kekuatan politik dominan dalam parlemen. Heri mengatakan pemerintah baru membutuhkan anggaran Rp 6.500 triliun untuk menjalankan program pembangunan infrastruktur selama lima tahun berkuasa. "Diperlukan pengurangan subsidi BBM mencapai 2,6 persen dari PDB untuk pembiayaan," ujarnya. (Baca: Bappenas: Tiga Tantangan Jokowi di Bidang Ekonomi)

Namun, kata Heri, ada ancaman mayoritas parlemen yang dikuasai oleh koalisi Prabowo menghambat realisasi kenaikan harga BBM. Ia mengutip pernyataan dari petinggi PKS dan Gerindra, "PDIP rutin menolak kenaikan BBM, jadi kami akan mengikuti senior kami." Di sisi lain, investor asing akan menunda investasi di bidang infrastruktur jika instabilitas politik terus berjalan.

Dia mengutip pernyataan Hashim Djojohadikusumo, adik kandung Prabowo Subianto, yang mengatakan ada harga mahal yang harus dibayar oleh Jokowi. Dia juga merujuk pada ancaman impeachment yang datang dari parlemen. "Di masa SBY, ada dua kali ancaman ini ketika BBM dinaikkan, dan Jokowi juga menghadapi ancaman yang sama," ujarnya.

DINI PRAMITA

Berita terpopuler:
Manajer Lion Air Damprat Penumpang Pesawat
Mengamuk, Manajer Lion Air Bakal Kena Sanksi
YLKI Minta Kemenhub Evaluasi Lion Air











Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

5 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

8 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Menhub Budi Karya Sebut Bandara Panua Pohuwato akan Tingkatkan Perekonomian Gorontalo

10 hari lalu

Menhub Budi Karya Sebut Bandara Panua Pohuwato akan Tingkatkan Perekonomian Gorontalo

Menteri Perhubungan atau Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan Bandara Panua Pohuwato menjadi pintu gerbang untuk mengembangkan perekonomian di Kabupaten Pohuwato dan Provinsi Gorontalo.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

11 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

15 hari lalu

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?

Baca Selengkapnya

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

17 hari lalu

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal imbas serangan Iran ke Israel terhadap harga minyak dunia. Ia mengatakan pemerintah akan memonitor kondisi selama dua bulan ke depan sebelum membuat keputusan ihwal anggaran subsidi bahan bakar minyak atau BBM.

Baca Selengkapnya

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

17 hari lalu

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi soal imbas serangan Iran ke Palestina terhadap perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya

Menko Perekonomian Airlangga Sebut Bakal Lakukan Antisipasi Imbas Serangan Iran ke Israel

18 hari lalu

Menko Perekonomian Airlangga Sebut Bakal Lakukan Antisipasi Imbas Serangan Iran ke Israel

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bakal melakukan antisipasi imbas serangan Iran ke Israel agar perekonomian tidak terdampak lebih jauh.

Baca Selengkapnya

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

22 hari lalu

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Pengusaha Beri Masukan Peta Perekonomian ke Prabowo, Apa Isinya?

22 hari lalu

Pengusaha Beri Masukan Peta Perekonomian ke Prabowo, Apa Isinya?

Kalangan pengusaha di Apindo memberi masukan berupa peta perekonomian kepada pemerintahan selanjutnya yakni Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.

Baca Selengkapnya