Paceklik, Harga Beras Akan Melonjak November Depan
Editor
Zed abidien
Selasa, 30 September 2014 07:20 WIB
TEMPO.CO, Cirebon - Memasuki masa paceklik, harga beras diprediksi tinggi pada November hingga Januari mendatang. Kondisi ini diperparah dengan ketiadaan penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin) selama dua bulan menjelang akhir tahun.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Subdivre Bulog Cirebon, Yayat Hidayat. "Distribusi beras untuk raskin, alokasi 11 bulan sudah kami salurkan," kata Yayat, Senin, 29 September 2014. Ini berarti tinggal satu bulan penyaluran raskin, yaitu Oktober mendatang.
Penyaluran beras raskin untuk November hingga Desember, kata Yayat, sudah disalurkan pada Februari dan Maret lalu, saat terjadi musibah banjir di sejumlah daerah di wilayah Cirebon. "Hingga kini kami belum menerima instruksi apakah akan ada penyaluran raskin tambahan untuk November dan Desember nanti," kata Yayat. (Baca: Beras Terus Naik, Cabe Anjlok Drastis)
Kondisi ini diperparah dengan masa paceklik yang tengah terjadi. Masa panen gadu (kering) sudah lewat, yang ada saat ini hanya sisa-sisa panen di sejumlah titik yang terbatas. Ini bisa dilihat dari penyerapan Bulog yang semakin berkurang, yaitu hanya berkisar antara 50 hingga 60 ton per hari.
"Padahal di puncak musim panen gadu penyerapan beras kami dari petani bisa mencapai 300 hingga 400 ton per hari," kata Yayat. Bahkan di musim tanam rendeng (musim hujan) penyerapan Subdivre Bulog Cirebon bisa mencapai 1.000 ton per hari.
Karenanya diprediksi harga beras di pasaran akan meningkat pada November hingga Januari menjelang musim tanam dan panen rendeng mendatang. Bulog menyiapkan operasi pasar untuk masyarakat. Operasi pasar (OP) akan dilakukan saat harga beras sudah naik 25 persen dari harga normal.
Stok beras yang ada di 10 gudang Bulog, menurut Yayat, saat ini masih mencukupi hingga 10 bulan mendatang. "Stok yang ada di gudang kami saat ini total sebanyak 57 ribu ton," kata Yayat. Dengan kecukupan stok ini Yayat mengaku optimis bisa melakukan operasi pasar di wilayah kerja Bulog Subdivre Cirebon yang meliputi Kota dan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Kuningan.
Yayat mengungkapkan mereka akan bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat untuk menentukan lokasi penjualan beras OP. "Untuk menghindari aksi borong pedagang besar, beras OP akan dijual dalam kemasan kecil yaitu 5 kg," kata Yayat.
Seorang pemilik penggilingan di Desa Kartasura, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Otong, mengungkapkan saat ini semakin sulit mendapatkan gabah dari petani. "Harga gabah berkisar antara Rp 4.600 hingga Rp 4.800 per kg untuk gabah kering kualitas bagus," kata Otong
Selain harga yang tinggi, jumlah gabah yang ada di petani pun saat ini terbatas. Saat ini mereka hanya menggiling 5 ton gabah sehari. Padahal saat puncak musim panen terutama panen rendeng, Otong mengaku bisa menggiling lebih dari 20 ton gabah sehari.
IVANSYAH