Wartawan mengecek pergerakan saham pada komputer tablet di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 7 Juli 2014. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia kembali tertekan setelah investor terpengaruh kemungkinan memburuknya kinerja ekonomi Cina. Data manufaktur Cina pada Agustus lalu, yang diprediksi gagal dalam ekspansi, membangun kekhawatiran investor akan masa depan perekonomian Negeri Tirai Bambu itu. (Baca: Indeks Cina dan Properti AS Pengaruhi IHSG Sepekan)
Pada perdagangan Senin, 22 September 2014, IHSG melemah tipis 8 poin (0,1 persen) pada level 5.219. Sektor konsumsi dan perbankan menjadi pilihan investor dengan kenaikan masing-masing 0,6 persen dan 0,8 persen. (Baca juga: Perdagangan Efek Bakrie Sumatera Dihentikan)
Kepala riset dari PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengatakan investor memperhatikan kinerja sektor manufaktur Cina. Data sektor tersebut, yang hanya tumbuh 50 poin di Cina, membuat investor cenderung melepas saham. “Sebagian investor mengantisipasi data manufaktur Cina,” katanya.
Menurut Satrio, laju positif indeks juga masih dipengaruhi euforia dipertahankannya kebijakan suku bunga rendah bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Berlanjutnya aksi beli investor asing sebanyak Rp 27 miliar, kemarin, mengindikasikan arus dana asing kembali bersiap memasuki bursa saham dalam negeri.
Meski demikian, Satrio menyarankan agar investor tetap berhati-hati sembari tetap memperhatikan perkembangan indeks Dow Jones Industrial. Bila indeks Dow Jones ditutup di bawah level 17.200, investor diimbau untuk wait and see. Sebaliknya, bila indeks berada di atas level 17.200, ada peluang investor melakukan buy-on weakness pada saham-saham perbankan dan konstruksi.
Pada hari ini, Selasa, 23 September 2014, indeks diprediksi bergerak pada level 5.150-5.250. Kemungkinan berlanjutnya aksi beli investor asing akan menambah sentimen positif bagi indeks saham. (Baca: Sentimen The Fed Mereda, Rupiah Tetap Melemah)